Tanjung (Mimusops elengi) termasuk family Sapotaceae adalah sejenis pohon yang berasal dari India, Sri Lanka dan Burma. Telah masuk ke Nusantara semenjak berabad-abad yang silam, pohon ini juga dikenal dengan nama-nama seperti tanjong (Bug., Mak.), tanju (Bim.), angkatan, wilaja (Bal.), keupula cangè (Aceh), dan kahekis, karikis, kariskis, rekes (aneka bahasa di Sulut). Pohon tanjung berbunga harum semerbak dan bertajuk rindang. Pohonnya berukuran sedang, tumbuh hingga ketinggian 25 m. Daun-daun tunggal, tersebar, bertangkai panjang; daun yang termuda berambut coklat, yang segera gugur. Helaian daun bundar telur hingga melonjong, panjang 9–16 cm, seperti jangat, bertepi rata namun menggelombang.
Bunganya yang wangi mudah rontok dan dikumpulkan di pagi hari untuk mengharumkan pakaian, ruangan atau untuk hiasan. Bunga tanjung sangat terkenal karena baunya harum, dan sering dipakai oleh gadis-gadis melayu/disunting pada rambutnya. Bunga ini, dan aneka bagian tumbuhan lainnya, juga memiliki khasiat obat. Keharuman bunganya ini pula yang menyiratkan ajakan agar anak-anak selalu diberikan contoh yang baik, sehingga tumbuh menjadi sosok yang pantas disanjung.
Bentuk pohon tanjung menarik, luas keteduhan mencapai 125 meter persegi, Buah bisa dimakan sehingga menarik perhatian burung, serta umurnya bisa mencapai 100 tahun. Walaupun kemampuan pohon tanjung rendah dalam menyerap unsur pencemar timbal (Pb), tetapi pohon ini tidak mudah rusak oleh pencemaran udara (Anonim, 2012).
Air rebusan pepagannya (kulit kayu) digunakan sebagai obat penguat dan obat demam. Rebusan pepagan beserta bunganya digunakan untuk mengatasi murus yang disertai demam. Daun segar yang digerus halus digunakan sebagai tapal obat sakit kepala; daun yang dirajang sebagaimana tembakau, dicampur sedikit serutan kayu secang dan dilinting dengan daun pisang, digunakan sebagai rokok untuk mengobati seriawan mulut (Heyne, 1987).
Kayunya padat, berat, dan keras. Kayu dari varietas parvifolia yang biasa tumbuh dekat pantai dipilih sebagai bahan pasak dalam pembuatan perahu, untuk tangkai tombak dan tangkai perkakas lain, almari dan mebel, serta untuk tiang rumah. Varietas ini bisa tumbuh setinggi 25 m dan segemang 40 cm (Heyne, 1987). Kayu tanjung juga baik untuk dijadikan bahan ukiran, patung, penutup lantai, jembatan, dan bantalan rel kereta api. Kayu teras tanjung coklat tua, sedangkan kayu gubalnya berwarna lebih muda dengan batas-batas yang jelas. Teksturnya halus dan merata, dengan arah serat lurus, agak bergelombang atau sedikit berpadu. Berat jenis kayu berkisar antara 0,92–1,12 (rata-rata 1,00), dan termasuk kelas kuat I. Kayu tanjung tergolong mudah dikerjakan dengan hasil yang amat baik; ia dapat diserut, dibor, dilubangi persegi, dan diamplas dengan hasil yang sangat baik; serta dibentuk dan dibubut dengan hasil yang baik hingga sangat baik (Martawijaya, 1989).
SUMBER: http://blh.jogjaprov.go.id/2013/01/mengenal-pohon-tanjung-mimusops-elengi/
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.