Studi Etnobotani Tumbuhan Obat di Pulau Sangiang, Banten, Jawa Barat

Aktivitas, Flora, Kehutanan, Tumbuhan, Tumbuhan Obat
Studi Etnobotani Tumbuhan Obat di Pulau Sangiang, Banten, Jawa Barat
3 December 2025
5
1

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT DI PULAU SANGIANG, BANTEN, JAWA BARAT

 

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki 40.000 lebih jenis tumbuhan, beberapa diantaranya berpotensi bagi bidang pengobatan tradisional. Penelitian ini membahas studi etnobotani tumbuhan obat di Pulau Sangiang yang terletak di Selat Sunda, Banten. Tumbuhan obat memiliki bagian yang mengandung zat aktif berkhasiat bagi kesehatan. Metode penelitian deskriptif kualitatif dilakukan di Pulau Sangiang, Banten, pada Oktober 2025, pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling melalui observasi dan wawancara mendalam. Hasilnya, berhasil didokumentasikan 9 jenis tumbuhan obat dari 9 famili, yang penggunaannya sesuai dengan kandungan kimia pada tumbuhan tersebut. Penelitian juga menyarankan perlunya pengabdian masyarakat untuk memaksimalkan pemanfaatan tumbuhan secara berkelanjutan.

Kata kunci: Etnobotani, Sangiang, Botani

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu pulau yang menyimpan banyak keanekaragaman hayati sehingga mendapatkan julukan Mega Biodiversity Country. Terdapat banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh Indonesia karena habitat yang mendukung kehidupan mereka (Nugraha dan Agustiningsih, 2015). Menurut Nisyapuri (2018), keanekaragaman tumbuhan yang tersebar di Indonesia berkisar 40.000 jenis tumbuhan. Di antara jenis-jenis tersebut, 130 jenis tumbuhannya dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai tumbuhan obat (Sapoetra, 1992).

Tumbuhan juga banyak bermanfaat untuk penyembuhan dan pengobatan. Kemampuan menyembuhkan dan efek positif dari beberapa tanaman sebagai obat telah lama diketahui jauh sebelum para ilmuwan menemukan berbagai obat-obatan dengan bahan kimia. Tanaman obat ini juga dapat dibudidayakan sendiri di rumah atau biasa disebut dengan apotek hidup. Penggunaan tumbuhan obat di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia (Harini, 2000). Akan tetapi, penggunaannya di tengah masyarakat baru dimulai saat zaman penjajahan Belanda.

Tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang salah satu atau seluruh bagian pada tumbuhan  tersebut  mengandung  zat  aktif  yang  berkhasiat  bagi  kesehatan  yang  dapat dimanfaatkan  sebagai  penyembuh  penyakit  (Dalimarta,  2000;  Wijayakusuma,  2008; Hidayat,  et  al.,  2015,  Mulyani,  et  al.,  2016).  Bagian  tumbuhan  yang  dimaksud  adalahdaun,  buah,  bunga,  akar,  rimpang,  batang  (kulit)  dan  getah  (resin)  (Hariana,  2013; Hidayat, Napitupulu, & SP, 2015).

Pulau  kecil  menyimpan  berbagai  sumber  daya  alam  dan  jasa  lingkungan  yang terdiri atas sumber daya dapat pulih/hayati (renewable resources) dan sumber daya tidak dapat  pulih/nonhayati (nonrenewable  resources) (Johan et  al,  2017). Sebagai  negara kepulauan   (archipelagic state)   terbesar   di   dunia,   Indonesia memiliki potensi sumber daya bahari yang melimpah, sehingga menjadi modal besar untuk pembangunan (Kurniawan et al, 2016; Adrianto Et al, 2016). Dalam bidang tanaman obat, pulau Sangiang memiliki potensi karena merupakan pulau yang terisolasi. Banyak jenis tumbuhan yang mungkin dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat, oleh karena itu budidaya tanaman obat di pulau Sangiang memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada 10-12 Oktober 2025 pada kegiatan Jelajah Bahari di Desa Cikoneng, Pulau Sangiang, Selat Sunda, Banten. Pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling (Martin, 1995; Iskandar 2012) yakni observasi dan wawancara terhadap warga setempat. Observasi yang dilakukan meliputi kondisi rumah warga dan pekarangan, serta kebun. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap dua orang yang dianggap berkompeten yakni Kepala Suku dan Ketua RT setempat. Wawancara dilakukan secara mendalam untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat, penyakit yang biasa dialami warga, cara pemanfaatan, serta khasiat tumbuhan obat yang digunakan.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pulau sangiang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Sementara itu, berdasarkan geografis terletak di Selat Sunda, berada di antara pulau Jawa dan Sumatra. Pulau Sangiang saat ini hanya dihuni oleh 20 kepala keluarga yang hidup sederhana, penduduk memanfaatkan potensi alam seperti perkebunan kelapa dan ikan sebagai mata pencaharian. Pulau Sangiang masih belum dijangkau dengan baik oleh kehidupan modern, tidak adanya akses epndidikan formal, kesehatan, dan ketersediaan listrik membuat kehidupan Masyarakat Sangiang masih mengandalkan sumber daya alam.

Gambar 1. Peta Pulau Sangiang

 

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan memasukkan informasi tumbuhan obat ke dalam tabel/spreadsheet disertai keterangan manfaat dan khasiat, selanjutnya membandingkan informasi yang didapatkan dengan berbagai informasi yang tersedia di internet (cross-checking). Kemudian data akan dinarasikan secara deskriptif (Newing et al. 2011).

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Inventarisasi Tumbuhan Obat di Pulau Sangiang

No Nama Lokal Famili Bagian yang digunakan Cara pengolahan Kegunaan
1 Harendong Melatomataceae Daun Dikucek-kucek lalu tempelkan ke luka Luka gores
2 Sambiloto Acanthaceae Daun Direbus dan diminum air rebusannya Demam
3 Kamboja Plumeriaceae Bunga Getahnya dioleskan ke panas lalu tempel pada gigi yang sakit Sakit gigi
4 Sirsak Annonaceae Daun Direbus dan diminum air rebusannya Sakit perut
5 Sukun Moraceae Daun Direbus dan diminum air rebusannya Sakit perut
6 Tapak liman Asteraceae Daun Direbus dan diminum air rebusannya Sakit perut
7 Sirih Piperaceae Daun Disumbat ke hidung yang terkena mimisan Mimisan
8 Alang-alang Poaceae Akar Dibersihkan kemudian direbus Panas dalam
9 Lidah buaya Asphodelaceae daun Dikupas, kemudian bagian dalam dibuat ramuan untuk diminum Suplemen tambahan saat demam

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama 4 hari 3 malam terhadap masyarakat Pulau Sangiang, kami berhasil mendokumentasikan sebanyak 9 jenis tumbuhan obat yang termasuk kedalam 9 famili, diantaranya Melatomataceae, Acanthaceae, Plumeriaceae, Annonaceae, Moraceae, Asteraceae, Piperaceae, Poaceae, dan Asphodelaceae. Jenis tumbuhan obat ini masih sangat mudah ditemukan di Pulau Sangiang, beberapa diantaranya menjadi tumbuhan yang ditanam oleh penduduk seperti Kamboja, Sirsak, Lidah buaya, dan Sirih. Keberadaan tumbuhan obat di Pulau Sangiang sangat bermanfaat dan memiliki ikatan yang kuat terhadap kelangsungan hidup Masyarakat Sangiang. Responden menjelaskan bahwa tidak tersedianya fasilitas kesehatan seperti puskesmas bagi warga tentu menjadi masalah bagi masyarakat karena kesehatan mereka tidak terjamin. Masyarakat yang terkena penyakit ringan relatif menggunakan tumbuhan obat karena lebih mudah didapat, kecuali jika terkena penyakit berat maka harus menjangkau rumah sakit yang terletak di kota dan harus menempuh perjalanan yang cukup lama. Adapun penjelasan responden mengenai edukasi pengetahuan tumbuhan obat kepada anak-anak sebagai generasi penerus juga masih berlanjut. Hal ini bertujuan agar generasi muda yang tinggal di Pulau Sangiang memiliki pengetahuan bagaimana memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekitar mereka, terkhusus tumbuhan obat.

Studi Literatur

Kami membandingkan data temuan di lapangan dengan referensi artikel ilmiah untuk sebagai konfirmasi dan melengkapi informasi tambahan terkait kandungan, pemanfaatan dan potensi tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh Masyarakat Sangiang. Daun Harendong Malestoma malabathricum L yang digunakan sebagai obat luka diketahui mengandung antibakteri yang cukup baik, serta kandungan senyawa kimia lainnya seperti flavonoid, dan methanol sehingga efektif untuk mengatasi diare (Sukmawati et al., 2020). Daun Sambiloto Andrographis paniculata yang dimanfaatkan untuk mengatasi demam juga berpotensi untuk mencegah penyakit kolesterol karena memiliki kandungan senyawa flavonoid yang tinggi pada akarnya, lakton, dan terpenoid (Sigi, 2023). Getah bunga kamboja memiliki manfaat tidak hanya sebagai obat sakit gigi, ternyata beragam gangguan lainnya seperti bisul (Sulistyarsi, 2012) dan mengurangi anti nyeri (Artawa, et al., 2019). Daun sirsak Annona muricata L terbukti mengandung senyawa fitokimia yang efektif sebagai obat kemoterapi, serta senyawa acetoginin yang berpotensi untuk membunuh sel kanker (Utari, et al., 2013). Daun sukun ternyata cocok digunakan air rebusannya untuk meredakan sakit perut, bahkan penyakit degeneratif, khususnya hipertensi dan diabetes melitus seperti yang telah dilakukan oleh Riasari et al., (2024). Daun Tapak Liman Elephantopus scaber L sering dimanfaatkan oleh Masyarakat di Indonesia sebagai obat tradisional karena memiliki kandungan flavonoid, Adapun waktu perebusan daun yang ideal yakni selama 5 menit karena kandungan flavonoid akan meningkat paling tinggi saat menit ke-5 perebusan (Feronica et al., 2024). Daun sirih dapat dikonfirmasi sebagai obat mimisan yang baik karena memiliki kandungan kimia antiseptik dan antibakteri sehingga luka yang muncul tidak terkontaminasi (Siagian et al., 2020). Akar Alang-alang Imperata cylindrica sangat menonjol pemanfaatannya dalam bidang pengobatan tradisional terutama untuk memperlancar buang air kecil, meredakan demam serta gangguan pada sistem kemih (Afriannisa et al., 2025). Daun Lidah buaya Aloe vera seringkali digunakan sebagai obat herbal terutama kandungan gell yang baik untuk rambut, namun ternyata tanaman ini memiliki banyak kandungan baik yang memiliki sifat anti radang, antiseptik, antivirus, dan antibakteri (Murniati, 2020). Adapun potensi lainnya sebagai minuman herbal untuk menurunkan kadar gula bagi penderita diabetes (Dewi, 2022).

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian studi etnobotani tumbuhan obat yang telah dilakukan di Pulau Sangiang, Banten. Kami berhasil mendokumentasikan sebanyak 9 jenis tumbuhan obat yang merupakan anggota dari 9 famili. Keseluruhan data yang kami dapatkan telah dikonfirmasi melalui studi literatur dan menunjukkan bahwa pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan masyarakat Sangiang sudah tepat sesuai pada penggunaan berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan-tumbuhan tersebut. Kami juga menyarankan agar dilakukan pengabdian terhadap masyarakat Sangiang untuk lebih mendalami pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan ini dalam bentuk produk atau penyuluhan yang lebih komprehensif agar nilai etnobotani dapat diimplementasikan secara berkelanjutan.

Ucapan Terima Kasih

Kami mengucapkan terima kasih kepada Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat yang telah memberikan izin melakukan kegiatan penelitian di Pulau Sangiang. Kami juga berterima kasih kepada Abah Pian selaku Kepala Suku Lampung dan Pak Kosasih selaku Ketua RT setempat, serta seluruh tim penelitian yang telah membantu persiapan, pelaksanaan, dan penulisan.

Dokumentasi Kegiatan

Wawancara dengan Kepala Suku Lampung

Wawancara dengan Ketua RT

Daftar Pustaka

Afriannisa, A., Rahma, L., Mahesa, S., Aisyah, R., & Zulfadewina. (2025). Pemanfaatan Akar Alang-Alang Sebagai Alternatif Herbal dan Bahan Fungsional Berkelanjutan. 11, 112–120.

Dewi, M. L. (2022). Pengolahan Aloe Vera ( Lidah Buaya ) sebagai Minuman Sehat. 4, 35–45.

Feronica, D., Susilowati, & Saad, M. (2024). PENGARUH VARIASI LAMA WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP FLAVONOID TOTAL DAUN TAPAK LIMAN (Elephantopus scaber L.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis. 13(1), 51–59.

Harti, A. (n.d.). KEGUNAAN DAUN SIRSAK ( Annona Muricata L ) UNTUK MEMBUNUH SEL KANKER dan.

Komunitas, J. K., Langkat, B. K., Crocatum, P., Penyembuhan, T., Postpartum, I., & Jati, T. (2020). The Effect of Giving Red Betel Leaves ( Piper Crocatum ) on Healing of Perineum Woes in Postpartum Women in Desa Tanjung Jati Kecamatan. 6(November), 255–259.

Pustaka, C.-K. (n.d.). Efektivitas Pemanfaatan Getah Bunga Kamboja untuk Menghilangkan Sakit Gigi di Masa Pandemi Pendahuluam Global Burden of Disease Study. 19, 27–33.

Riasari, H., Fitriansyah, S. N., Wibowo, D. P., Hasanah, S. U., Ruslan, K., & Restiasari, A. (2024). Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Daun Sukun Pada Penyakit Degenerative di Kecamatan Cinunuk , Cileunyi Kabupaten Bandung Overview of the Level of Community Knowledge in the Utilization of Breadfruit Leaves in Degenerative Diseases in Cinunuk District , Cileunyi , Bandung Regency. 5(1), 16–22.

Sigi, K. (2023). PEMANFAATAN TANAMAN DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata) SECARA ETNOFARMAKOLOGI UNTUK PENYAKIT KOLESTEROL DI DESA MAKU , KECAMATAN. 2(2), 19–23.

Sukmawati, I. K., Sukandar, E. Y., & Kurniati, N. F. (2020). Aktivitas Antidiare Daun Harendong ( Malestoma malabathricum L ). 2, 39–48.

 

Etnobotany, Obat herbal, Pulau, tumbuhan obat
Tentang Penulis
Raul Al-Fandy
Pendidikan Biologi UHAMKA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2025-12-03
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *