Sedotan plastik memang kecil dan terlihat sepele. Persentase sampah sedotan pun sekitar 0,025% dari total 8juta ton sampah plastik di lautan pertahun. Tetapi jumlah ini setara dengan 2000 ton, dimana Indonesia menyumbang 93.244.847 batang sedotan perharinya atau sekitar 34miliar batang pertahun. Tidak sedikit.
Bagi masyarakat yang peduli dan paham berhenti menggunakan sedotan plastik menjadi wajib. Banyak alternatif bahan sedotan yang muncul, seperti stainless, kaca, bambu juga kertas. Tetapi baru satu bahan yang praktis. Tidak perlu dicuci, dibuang, hanya sekali pakai tetapi ramah lingkungan. Kok bisa? Karena ini sedotan beras. Selesai minum bisa langsung dimakan.
Foto sedotan beras dari instagram @ricestraws a. Dicelup dalam es kopi b. Dicelup ke caffe latte hangat
Sedotan beras seperti namanya terbuat dari beras, dengan bahan tambahan tepung tapioka agar sedotan lebih kokoh dan tampak halus. Sedotan bisa bertahan pada minuman hangat selama dua hingga tiga jam, sedangkan pada minuman dingin bertahan lebih lama. Selesai minum, jika sedotan tidak ingin dimakan maka lama-kelamaan akan luruh dalam sisa minuman.
Baca juga: Jali, Makanan Pokok sebelum Beras dan Jagung
Saat ini sedotan beras baru diproduksi di Korea Selatan, produksi setiap bulannya mencapai 300 juta batang. Mereka juga memproduksi varian sedotan dengan vitamin dan ginseng merah untuk menarik perhatian orang tua.
Di Indonesia bahan pembuat sedotan beras yaitu beras dan singkong (tepung tapioka) mudah didapat. Bisakah inovasi Korea Selatan ini juga diterapkan di Indonesia?
Referensi: kumparan, nationalgeographic, tirto.id, tempo
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait