Halo Biodiversity Warriors. Perkenalkan kami dari khatulistiwa Project salah satu penerima program BW Sponsorship Program 2021 termin 2. Kami melakukan kegiatan penelitian dengan judul "Pelibatan Siswa/i SMAN 1 Siantan Hilir dalam Uji Konsentrasi mikroplastik pada kerang kepah (Polymesoda erosa) di Kawasan Mangrove Sungai Peniti Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat". Kami melibatkan enam siswa/i SMAN 1 Siantan hilir (selanjutnya disebut borneo warriors) dengan harapan agar mereka dapat menjadi perpanjangan tangan dalam menyuarakan isu lingkungan dan biodiversitas terutama mikroplastik pada biota perairan yang banyak dikonsumsi di daerahnya sendiri melalui platform instagram yang telah kami buat yaitu @borneothopia.id maupun secara langsung kepada orang-orang terdekatnya. Pelibatan ini mencakup 2 kegiatan yaitu Sampling dan Pengamatan mikroplastik.
Isu sampah plastik merupakan masalah yang tidak pernah usai. Seiring dengan tingkat konsumsi yang meningkat, sampah plastik kian menjadi bom waktu terutama bagi ekosistem perairan karena sampah plastik ini adalah jenis sampah yang paling umum ditemukan di perairan seperti laut, danau maupun sungai. Sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terdegradasai, namun sampah plastik itu tidak hilang begitu saja setelah terdegradasi. Plastik-plastik itu tereduksi menjadi bagian yang lebih kecil lagi bahkan tidak kasat mata. Platik-plastik kecil itu kemudian disebut “mikroplastik”. Menurut Nationa Oceanic Atmospheric Administration (NOAA), Mikroplastik adalah komponen plastik yang ukurannya kurang dari 5 mm yang dapat mencemari dan kerap membahayakan kehidupan akuatik seperti biota laut. Tidak hanya berasal dari plastik yang terdegradasi, mikroplastik juga terdapat di dalam produk rumah tangga, perawatan dan kecantikan seperti detergen, pasta gigi, dan butiran lulur yang disebut microbeads. Mikroplastik yang berasal dari rumah tangga terbawa melalui saluran air hingga ke lautan yang akhirnya mencemari lingkungan.
Ukurannya yang kecil membuat mikroplastik sering dianggap sebagaimakanan oleh hewan-hewan seperti ikan dan bivalvia. Masuknya partikel mikroplastik ke saluran pencernaanhewan air berpotensi membawa partikel tersebut masuk ke piramida makanan hingga ke tingkat trofik tertinggi. Masalah lain seputar konsumsi plastik adalah bahwa plastik mengandung sejumlah bahan tambahan kimia dan bahan tambahan tersebut dimasukkan ke dalam plastik untuk alasan yang sangat spesifik, untuk membuatnya lebih mudah meleleh sehingga dapat dibentuk dan dicetak menjadi bentuk tertentu, jadi mungkin saja ketika partikel plastik tertelan oleh hewan, bahan kimia ini dapat larut ke dalam cairan usus mereka dan kemudian kita memiliki kemungkinan efek toksisitas pada hewan. Selain itu, ketika partikel plastik mengambang di lingkungan laut di perairan laut, polutan yang sudah ada di dalam air sebenarnya dapat menempel pada permukaan partikel plastik, jika plastik tertelan, polutan tersebut masuk ke hewan dan kemudian mungkin terlepas dari partikel plastik juga terdapat potensi efek toksisitas. Berangkat dari permasalahan tersebut kami ingin melihat mikroplastik yang ada di kerang kepah (polymesoda erosa) kerang yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat peniti, kerang kepah dijual dengan harga 10.000/kg . Bulan Oktober lalu kami sudah melakukan survei, persiapan, sampling, pengamatan mikroplastik oleh tim khatulistiwa dan pengamatan mikroplastik bersama ke enam borneo warriors.
4 Oktober 2021: Survei dan Audiensi
7 Oktober 2021 :Pembekalan sampling dan pengenalan borneowarriors tentang BW Kehati dan Mikroplastik
7 Oktober 2021 merupakan hari pertama kami bertemu dengan Borneowarriors dan mereka sangat antusias dan memiliki keingintahuan yang tinggi tentang isu mikroplastik
10 Oktober 2021: Sampling dan praktek pengukuran morfometri
Banyak masyarakat yang antusias membantu kami dalam persiapan dan perjalan sampling. Kami menggunakan 3 sampan yaitu sampan milik bu siti, Mamang dan Pak Hambali. Tidak lupa juga kami memberikan life jacket kepada teman-teman borneowarriors agar keamanan tetap terjaga. Sampling dilakukan di kawasan mangrove desa peniti luar. Kami mengumpulkan 100 ekor kerang kepah dengan variasi ukuran yang berbeda. Selama perjalan sampling kami juga mengamati dan melihat burung serta hewan lainnya
Pengukuran morfometri kepah dilakukan setelah kami sampling dan beristirahat, karakter yang diukur antara lain panjang, lebar dan tebal cangkang serta pengukuran bobot cangkang, data morfometri tersebut khususnya panjang cangkang akan dianalisis dan dilihat hubungannya dengan konsentrasi mikroplastik pada kepah. Kami memberi contoh cara pengukuran morfometri cangkang menggunakan caliper digital, tidak lupa data dimasukan kedalam tabel data. Setiap borneothopia memiliki peran masing-masing ada yang mengukur, mencatat, menimbang dan memotret sampel kepah di atas milimeterblok. Hal ini bertujuan agar teman borneothopia merasakan pengalaman sebagai peneliti di lapangan serta mengetahui cara kerja dari alat serta penelitian yang kami lakukan.
11 Oktober 2021 : Preparasi sample
Sampel yang telah diukur morfometri dan bobotnya kemudian di bedah dan dipisahkan antara daging dan saluran pencernaan, masing-masing sampel kemudian didigestifikasi menggunakan larutan H202 30% dan H2SO4 30% dengan perbandingan 1:3. Lalu sampel diinkubasi selama 24-72 jam hingga komponen organik dan anorganik terpisah. Setelah diinkubasi dan jaringan sudah hancur, sample disaring lalu diamati dengan mikroskop cahaya.
14 Oktober 2021: Pengamatan mikroplastik
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa sample dengan menggunakan mikroskop perbesaran 10-40, ditemukan mikroplastik pada kepah dengan jenis fiber dan fragmen. Warna mikroplastik yang dijumpai juga bervariasi diantaranya biru, merah, hitam dan transparan. Mikroplastik yang paling mendominasi sejauh ini adalah jenis fiber berwarna transparan. Sumber mikroplatik fiber biasanya berasal dari benang pancing maupun jaring dan pukat dari aktivitas nelaya, dapat jua berasal dari limbah cucian dan serat pakaian yang berasal dari fragmentasi monofilamen (Hiwari et. al, 2019). Hal ini didukung dengan banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dan banyaknya pukat yang ditemukan di sekitar perairan. Sedangkan Mikroplastik berbentuk fragmen dapat berasal dari degradasi botol plastik, bahan pengemas (Rezania et. al, 2018), dan microbead dari kosmetik yang berbentuk tidak beraturan (Shim et al, 2018).
Cerita kami masih berlanjut dibulan November, tunggu kisah kami selanjutnya yaa
Cerita kami masih berlanjut dibulan November, tunggu kisah kami selanjutnya yaa
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait