







Spilopelia chinensis
Kota seringkali identik dengan hiruk-pikuk kendaraan, suara mesin, klakson, atau bisingnya aktivitas manusia yang nyaris tak pernah berhenti. Tapi tahukah kamu? Di balik semua itu, ada suara lain yang kerap terlewatkan—suara burung. Melalui program SIRPU, atau singkatan dari Observasi, Rekam, dan Pelajari Burung Urban, sekelompok siswa SMA di Malang diajak untuk membuka telinga mereka lebih lebar. Mereka belajar mendengarkan, mengenali, dan merekam suara burung-burung yang tinggal di tengah kota. Program SIRPU sendiri diinisiasi oleh komunitas Ngalam Rungokno bersama Biodiversity Warriors Kehati. Kegiatan ini dirancang untuk mengajak generasi muda lebih peka terhadap keberadaan burung di lingkungan perkotaan. Tidak hanya sekadar mendengar, para siswa juga belajar mengenali berbagai jenis burung, memahami perilakunya, hingga mencoba teknik merekam suara dengan alat bioakustik .
Rangkaian kegiatan SIRPU dimulai dengan workshop ringan di sekolah. Di sesi awal ini, peserta diajak bermain tebak suara burung. Suara-suara seperti kicauan burung gereja, , hingga siulan kutilang diperkenalkan dengan cara yang seru dan interaktif. Banyak peserta yang kaget menyadari bahwa suara-suara yang selama ini mereka dengar sehari-hari ternyata berasal dari jenis burung tertentu yang sangat umum di sekitar mereka.
Setelah sesi di kelas, para siswa diajak langsung turun ke lapangan. Lokasinya di Hutan Kota Malabar, salah satu ruang hijau di pusat Kota Malang. Di sini, mereka diajak berjalan santai menyusuri jalur setapak, mencatat pengamatan, serta mencoba merekam suara burung secara langsung. Beberapa jenis seperti Cucak Kutilang dan Cekakak Sungai berhasil terdengar, lengkap dengan suara khasnya. Selain burung, peserta juga diajak memperhatikan keberadaan kupu-kupu dan capung yang sering luput dari perhatian.
Keseruan tak berhenti sampai di situ. Setelah sesi pengamatan, kegiatan SIRPU ditutup dengan Focus Group Discussion. Para siswa bebas berbagi cerita tentang pengalaman mereka. Ada yang mengaku mulai tertarik mengamati burung dari rumah, bahkan ada juga yang ingin membuat kegiatan serupa di lingkungan sekolahnya. Diskusi ini memperlihatkan bagaimana aktivitas sederhana seperti mendengar suara burung bisa membuka cara pandang baru tentang kota tempat kita tinggal.

Pengamatan Burung di Hutan Kota Malabar
Menariknya lagi, SIRPU tidak hanya soal mengenal burung. Para peserta juga diajak memahami bagaimana suara burung bisa menjadi indikator lingkungan kota yang sehat. Ketika kota semakin padat, ruang terbuka menyempit, dan vegetasi berkurang, suara burung otomatis semakin jarang terdengar. Dari sini, para siswa diajak merenung: apakah kota kita masih menyediakan ruang hidup yang layak untuk burung dan makhluk lainnya?
Tantangan di lapangan sudah pasti ada, seperti cuaca yang tak menentu. Namun justru dari tantangan ini peserta belajar banyak hal—tentang kesabaran, ketelitian, dan rasa peduli terhadap lingkungan. Program SIRPU menunjukkan bahwa kota tidak selalu gersang dan bising. Di sela-sela kebisingan itu, masih ada suara alam yang menenangkan dan memberikan banyak pelajaran. Kita hanya perlu meluangkan sedikit waktu untuk berhenti sejenak, mendengarkan, dan memahami.



Leave a Reply
Terkait