Curug Leuwibumi merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang. Lokasi curug ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Jika datang dari Pandeglang bisa dilakukan dengan melalui jalan di Mandalawangi. Jarak yang ditempuh menuju curug sekitar 42 km jika dihitung dari Alun-Alun Pandeglang dan memakan waktu perjalanan selama kurang lebih 2 jam.
Gambar 1. Pemandangan Curug Leuwibumi (Dokumentasi pribadi)
Untuk mencapai curug terdapat dua pilihan, yaitu menggunakan jasa tumpangan motor yang disediakan oleh warga lokal atau dengan berjalan kaki. Kondisi jalan menuju curug cukup terjal namun disuguhkan pemandangan yang asri berupa sawah dengan latar gunung serta hutan yang masih dipenuhi pepohonan.
Gambar 2. Jalan menuju Curug Leuwibumi (Dokumentasi pribadi)
Sesampainya di lokasi, pengunjung diwajibkan mengisi data diri serta membayar tiket masuk yang masih sangat terjangkau (Rp.15.000/orang). Terdapat banyak fasilitas yang disediakan seperti mushola, kamar mandi, cafe, camping ground, dan lain-lain. Pengunjung dapat melakukan aktivitas berkemah, berenang, arung jeram, atau sekedar menikmati pemandangan bersama dengan keluarga dan teman-teman.
Tidak hanya memiliki pemandangan yang indah, tempat ini juga dapat dijumpai hewan-hewan yang cantik seperti kupu-kupu dan juga capung yang beterbangan di sekitar sungai. Beberapa di antaranya dapat terdokumentasikan selama saya berkunjung kesana. Berikut jenis-jenis hewan yang dapat dijumpai di Curug Leuwibumi:
1. Capung-intan sunda/ Sundanese gossamerwing (Euphaea variegata)
Gambar 3. Euphaea variegata
Capung-intan sunda yang bernama latin Euphaea variegata merupakan spesies capung jarum asli Indonesia yang banyak tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali. Capung jarum ini memiliki ciri khas berupa ukurannya yang cukup besar dengan tubuh berwarna gelap disertai strip kuning pada bagian toraksnya. Selain itu, sayap capung jarum ini berwarna hitam disertai iridescent ungu pada tampak luar dan hijau pada sayap bagian dalam. Capung jarum ini sangat mudah dan banyak dijumpai di batu-batu dekat sungai dan tidak sensitif ketika didekati.
2. Capung-sambar perut-pipih/ Yellow-tailed ashy skimmer (Potamarcha congener)
Gambar 4. Potamarcha congener
Capung-sambar perut-pipih dapat dengan mudah dikenali melalui warna kuning pada ekornya serta toraks yang berwarna biru. Capung ini sangat mudah dijumpai di Curug Leuwibumi dan sering hinggap pada ranting atau kabel hiasan lampu sekitar camping ground.
3. Iridescent jumping spider (Cosmophasis valerieae)
Gambar 5. Cosmophasis valerieae
Jika berjalan-jalan di sekitar camping ground, terdapat jalan setapak menuju sawah. Disana terdapat banyak semak-semak yang menjadi habitat bagi kebanyakan laba-laba pelompat, salah satunya Cosmophasis valerieae. Laba-laba pelompat menjadi objek makrofotografi yang memuaskan karena memiliki berbagai variasi serta warna yang cantik.
4. Jolly telamonia (Telamonia festiva)
Gambar 6. Telamonia festiva
Selain C. valerieae, dapat ditemukan juga jenis laba-laba pelompat Telamonia festiva dan Hyllus diardi. Namun, hanya Telamonia festiva yang berhasil didokumentasikan. Laba-laba ini memiliki ciri khas berupa sepasang garis merah-hitam pada abdomennya. Telamonia festiva seringkali dijumpai bersembunyi dibalik daun rerumputan.
5. Crab-spider (Strigoplus sp.)
Gambar 7. Strigoplus sp.
Strigoplus sp. merupakan jenis crab-spider yang memiliki persebaran di Asia, namun masih sedikit rekaman penemuannya di Indonesia. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui jenis dari Strigoplus yang ditemukan di Curug Leuwibumi.
6. Nawab biasa/ Common nawab (Polyura athamas)
Gambar 8. Polyura athamas
Berbagai jenis kupu-kupu juga dapat dijumpai di Curug Leuwibumi. Selama melakukan eksplorasi di lokasi, terlihat kupu-kupu yang beterbangan di antaranya Papilio memnon, Catopsilia pomona, Losaria coon, Loxura atymnus, dan Zeltus amasa yang sulit untuk didokumentasikan. Tidak sedikit juga kupu-kupu yang hinggap atau melakukan puddling di beberapa tempat yang kaya akan mineral. Jenis-jenis kupu-kupu yang puddling sangat mudah didekati, salah satunya Polyura athamas. Sangat beruntung dan memuaskan dapat mendokumentasikan jenis ini dari jarak yang sangat dekat. P. athamas memiliki corak sayap cokelat dengan area hijau di tengahnya. Pada ujung sayap terdapat papil yang tampak seperti ujung pedang.
7. Kupu-kupu macan biasa/ Common tiger (Danaus genutia)
Gambar 9. Danaus genutia
Selain P. athamas, Danaus genutia juga dapat dijumpai pada tempat-tempat kaya akan mineral. Kupu-kupu dengan sayap oranye bergaris hitam-putih ini belum pernah saya jumpai di Pandeglang. Dan ini kali pertama menemukan spesies tersebut di Curug Leuwibumi.
8. Ranggas australia/ Australian leaf (Doleschallia polibete)
Gambar 10. Doleschallia polibete
Kupu-kupu ranggas australia atau Doleschallia polibete sangat umum dan banyak dijumpai di Curug Leuwibumi. Kupu-kupu ini memiliki penampilan seperti daun kering ketika sayapnya menutup. Ketika sedang membuka sayapnya, dapat terlihat warna oranye yang cerah disertai bintik-bintik putih di ujung sayapnya.
9. Solek merak/ Peacock pansy (Junonia almana)
Gambar 11. Junonia almana
Kupu-kupu yang umum dijumpai di Curug Leuwibumi berikutnya adalah solek merah atau Junonia almana. Kupu-kupu ini memiliki ocelli, corak yang menyerupai mata pada sayapnya. Solek merah seringkali dijumpai terbang dan hinggap di atas rerumputan sekitar camping ground.
10. Azura biasa/ Common cerulean (Jamides celeno)
Gambar 12. Jamides celeno
Jenis-jenis dari family Lycaenidae seringkali terbang namun jarang untuk hinggap. Salah satunya yang berhasil didokumentasikan adalah Jamides celeno atau azura biasa. Kupu-kupu ini terbang sangat lincah. Ketika terbang hanya terlihat berwarna putih, namun ketika hinggap akan terlihat corak sayapnya berupa strip putih-cokelat dan papil di ujung sayapnya.
11. Kodok buduk/ Asian common toad (Duttaphrynus melanostictus)
Gambar 13. Duttaphrynus melanostictus
Lokasi yang dekat dengan sungai menjadikan habitat yang cocok bagi amfibi. Namun sayang sekali karena belum bisa melakukan pengamatan herpetofauna di malam hari untuk mengetahui jenis-jenis apa saja yang menghuni Curug Leuwibumi. Salah satunya yang muncul ke permukaan ketika sedang mendokumentasikan Euphaea variegata adalah kodok buduk yang masih berukuran sangat kecil. Kodok kecil ini dapat berukuran sebesar telapak tangan.
Selain hewan-hewan yang terdokumentasikan, masih banyak lagi yang dapat dijumpai di Curug Leuwibumi seperti anggang-anggang, kumbang tanduk, kumbang daun, dan sejenisnya. Perjalanan dan eksplorasi selama di Curug Leuwibumi cukup terbayarkan setelah mendapatkan dokumentasi jenis-jenis dengan penampilan yang unik dan juga cantik. Kali berikutnya datang kembali harus mencoba eksplorasi ke daerah yang belum sempat dijelajahi di sekitar curug. Semoga lokasi destinasi wisata ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik memperhatikan kekayaan biodiversitas yang dimiliki, sehingga jenis-jenis yang sudah diketahui ataupun belum dijumpai dapat lestari dan menambah daya tarik pengunjung, khususnya para penggiat fotografi hewan.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait