Pagi itu tepatnya pada minggu (29/11/2020) kami melanjutkan kegiatan untuk menelusuri keanekaragaman hayati di taman dan hutan kota Jakarta. Penelusuran kali ini dilaksanakan di Hutan Kota Srengseng. Hutan kota ini mampu ditempuh dengan waktu kurang dari satu jam melalui stasiun kereta maupun halte transjakarta terdekat. Sayangnya, kondisi pandemi menyebabkan hutan ini harus menutup akses untuk khalayak umum sementara waktu. Tetapi hal ini tentunya bukan menjadi pembatas bagi keanekaragaman hayati yang ada didalamnya untuk terus beraktivitas.
Gambar 1. Mengamati satwa di Hutan Kota Srengseng
Kami memulai pengamatan pada pukul 7.30 dikarenakan perlunya perizinan serta kelengkapan tim pada saat mengakses kedalam lokasi hutan kota. Saat mulai menginjakan kaki, kupu-kupu Eurema hecabe sudah mulai terbang menyambut kedatangan tim survey diantara tanaman penghias taman didepan gerbang masuk. Saat mulai menjelajah semakin jauh kedalam, tim berharap untuk mendapatkan lebih banyak ragam hewan yang akan ditemukan. Sayangnya, penelusuran kali ini mendapatkan hasil yang tidak terlalu banyak dibandingkan beberapa penelusuran dilokasi Hutan Kota Srengseng sebelumnya. Dari pengamatan yang dilakukan hingga pukul 11.00 WIB, didapatkan delapan jenis burung, sepuluh jenis kupu-kupu, dan lima jenis capung. Cukup membingungkan karena beberapa jenis burung umum yang tidak ditemukan seperti burung-gereja eurasia dan cipoh kacat disaat kondisi sepi pengunjung seperti saat ini. Meski demikian, beberapa jenis "primadona" di Hutan Kota Srengseng masih dapat kami temui.
Gambar 2. Capung Brachytemis contaminata
Capung-sambar ekor-darah, misalnya. Hewan kecil bernama ilmiah Lanthrecista asiatica berhasil ditemukan tim ditempat yang justru cukup berjarak dari badan air. Matahari pagi mungkin menarik bagi jenis ini untuk berjemur diantara dahan pepohonan dan semak belukar Hutan Kota Srengseng. Beruntungnya, tim masih mampu juga bertemu dengan raja-udang meninting (Alcedo meninting) terbang melintas diantara rimbunan bambu yang berada ditengah pulau danau hutan ini. Suaranya yang melengking kecil serta bulu biru metaliknya menjadi penciri utama yang memudahkan kita untuk bisa membedakan jenis kingfisher-sebutan untuk kelompok raja-udang dan cekakak-dari jenis burung lainnya ditempat ini. Satu kupu-kupu yang untuk kami masih baru ketahui adalah centaur oakblue atau Arhopala centaurus. Sempat diduga sebagai Mycalesis horsfieldii dan Zizina otis karena memiliki perawakan yang hampir mirip. Tentunya dengan kemunculan jenis ini menambahkan daftar jenis keanekaragaman hayati yang bisa ditemukan di Hutan Kota Srengseng.
Gambar 4. Capung ekor-darah
Gambar 5. Kupu-kupu centaur oakblue (Arhopala centaurus)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait