Bukan rahasia umum lagi apabila burung menjadi sumber inspirasi banyak orang, untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya. Sifat burung yang selalu berkelompok, tidak takut akan apa yang dia makan untuk hari esok, walau terbang ratusan, bahkan ribuan mil jauhnya, tetap akan pulang ke sangkarnya, hingga fokus terbang diangkasa untuk mencapai target, tidak takut akan berbagai ancaman menghantui burung yang sedang terbang diangkasa.
Sifat burung ini selalu diidentikkan dengan hal-hal baik dalam sebuah karya lagu, puisi maupun sastra orang-orang terkenal. Di Indonesia, kita mengenal syair lagu yang sudah sangat melegenda. Nia Daniaty, penyanyi lawas yang terkenal dengan judul lagunya “Burung Pun ingat Pulang” menggambarkan bagaimana kesedihan hatinya yang ditinggal pacar/suaminya yang tidak pulang-pulang kerumah. Dia membandingkan suaminya dengan burung yang sangat baik, tetap pulang walau terbang bermil-mil jauhnya.
Inspirasi dari kegiatan burung ini juga menjadikan seorang Bung Karno, Bapak Pendiri Bangsa Indonesia ini lebih memilih rancangan dari Sultan Hamid II ketimbang rancangan Muhammad Yamin dalam menentukan Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rancangan Sultan Hamid II yang berbentuk Burung Garuda dipilih Bung Karno karena sesuai dengan permintaan beliau, dimana Bung Karno ingin agar lambang negara kita itu terbentuk atau wujud dari representasi lambang-lambang yang ada dalam peradaban bangsa Indonesia.
Maka, lahirlah Pancasila yang merupakan representasi atau wujud dari Burung Garuda yang sudah melegenda itu. Burung Garuda merupakan burung tunggangan suci Dewa Wisnu dalam cerita-cerita mitologi yang tergambar jelas dan ada di relief candi-candi kuno, seperti di Candi Prambanan, Candi Mendut, Penataran, Sukuh dan lain sebagainya. Dan dalam wujud nyatanya, Burung Garuda ini juga mirip sekali dengan burung Elang Rajawali yang sampai sekarang masih dapat kita jumpai di alam bebas ini.
Nah, itulah sekelumit cerita mengapa burung harus kita lestarikan populasinya agar habitat burung tidak terancam dari kepunahan dan dapat dilihat oleh anak cucu kita. Kisah burung melegenda, karena burung memiliki sifat migrasi, hampir sama dengan manusia, atau ntah manusia meniru sifat burung yang bermigrasi, ntahlah, yang pasti manusia mengikuti insting burung untuk menentukan kemana dia bermigrasi, dalam cerita-cerita oleh oppung (sebutan untuk kakek dan nenek), mereka sering bertutur bahwa mereka bermigrasi mengikuti terbangnya burung. Kemana burung pergi, mereka mengikuti dan benar isting mereka karena burung biasanya singgah di tempat yang subur dan daerah yang memiliki pasokan makanan yan berlimpah.
Burung memiliki kebiasaan bermigrasi, artinya mereka berkelompok terbang dari utara ke selatan dan sebaliknya pada musim-musim tertentu. Tujuan mereka bermigrasi, jelas untuk mencari makanan di musim tertentu dan akan kembali ke tempat asalnya di musim berikutnya. Lebih jelasnya mungkin pengertian dari kamus Dictionary of Birds mampu menjelaskan mengapa burung memiliki sifat migrasi.
Disebutkan bahwa migrasi merupakan pergerakan populasi burung yang terjadi pada waktu tertentu setiap tahun, dari tempat berbiak menuju tempat mencari makan selama iklim di tempat berbiaknya itu tidak memungkinkan untuk memberikan makan kepada keluarganya. Ditempat baru tersebut, burung-burung tidak akan berbiak, dan baru berbiak jika sudah kembali ke tempat asal pada musim berbiak berikutnya, seperti dikutip dari Campbell, 1985.
Saat burung bermigrasi ini dikenal dengan sebutan World Migratory Bird Day, dan diperingati sebanyak dua kali dalam setahun, bulan Mei dan Oktober ini. Indonesia menjadi tempat persinggahan dari kelompok-kelompok burung yang bermigrasi ini, bagaimana tidak? Hutan kita yang tropis dan memiliki banyak sumber makanan ini akan menjadi tempat singgah burung untuk mencari makan atau sekedar mencari suasana hangat setelah lelah terbang ratusan mil dari tempat asalnya.
Burung-burung migrasi sangat sering kita jumpai di Indonesia dan menjadi fenomena yang seharusnya kita abadikan dan kita juga wajib menjaga alam sekitar kita agar tidak berubah wujud sehingga burung-burung migrasi tidak menjadi korban karena keserakahan kita. Sebab, banyak penelitian membuktikan saat terjadi fenomena migrasi atau sering kita kenal dengan sebutan World Migratory Bird Day, disitulah digunakan oleh orang-orang tak bertanggungjawab yang memanfaatkan kondisi migrasi burung untuk diburu. Para pemburu liar ini memanfaatkan momen tersebut untuk meraup rupiah dengan menangkap burung-burung yang spesiesnya hampir langka, namun sangat laku di pasaran dengan harga tinggi.
Burung bisa menjadi penyampai pesan, pesan perdamaian dari kutub selatan ke utara. Disini seharusnya burung-burung migran itu aman dan tenang berada di Indonesia. Seharusnya ini menjadi objek wisata terbaru ketika burung-burung migran ada di daerah kita, kita bisa menikmati ketika mereka ada di pantai-pantai atau ada di wilayah yang aman bagi mereka dan kita untuk saling berinteraksi. Semoga burung-burung migran ini betah di Indonesia dan berkembang biak dengan baik.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait