GENERASI MUDA, AIR, DAN KEHIDUPAN

Kelautan
GENERASI MUDA, AIR, DAN KEHIDUPAN
27 Maret 2020
4053

Generasi muda, air, dan kehidupan. Sulit membayangkan bisa menyandingkan ketiganya, terlebih di era modernisasi saat ini. Tak dapat dipungkiri, terlepas dari maraknya keberadaan gerakan pemuda pencinta lingkungan yang, di antaranya, memiliki kepedulian pada ketersediaan air bersih demi kehidupan, sebagian generasi muda justru tampaknya belum menganggap ketersediaan air bersih sebagai hal yang penting. Bagaimana tidak, berkembang pesatnya budaya urban telah menjadikan kegiatan bersenang-senang atau hura-hura sebagai favorit bagi kaum muda. Sementara tersedianya air bersih mungkin masih mereka anggap sebagai sesuatu yang memang sudah seharusnya demikian, merupakan tanggung jawab pihak lain (baca: pemerintah), dan sama sekali tidak membutuhkan kepedulian dari pemangku kepentingan (stakeholders).      

Dalam sebuah survei sederhana yang diadakan oleh OSIS SMA Harapan Mandiri pada Februari 2020 terhadap 150 orang siswa, dari kelas X hingga XII, terungkap fakta bahwa mereka kebanyakan mengaku jarang (63%) atau tidak pernah memperhatikan penggunaan air bersih di rumahnya (26%). Hanya sebagian kecil saja (11%) mengaku mengetahui jumlah tagihan air bersih yang dibayarkan oleh keluarganya setiap bulan.            

Uniknya lagi, walau hampir semua (97%) sepakat bahwa memboroskan air bersih adalah perbuatan yang tidak terpuji dan harus dihindari, ternyata mereka masih melakukan hal-hal kecil yang tergolong pemborosan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut, misalnya, membiarkan keran air terus menyala hingga terbuang sia-sia (67%), menghabiskan terlalu banyak air untuk membasuh tubuh saat mandi (26%), hingga membiarkan terjadinya kebocoran pipa air milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di lingkungan sekitar (7%). Walau hasil survei ini belum memenuhi syarat untuk digeneralisasikan, tapi setidaknya mampu memberi gambaran betapa kaum muda belum memiliki kepedulian terhadap ketersediaan air bersih dan pemanfaatannya secara bijaksana.            

Apakah yang bisa dilakukan demi meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap ketersediaan air bersih demi tetap lestarinya kehidupan? Salah satu unsur di sekolah yang dapat diberdayakan adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Mengapa OSIS? Jawabannya karena, sebagai satu-satunya organisasi resmi kesiswaan di sekolah, OSIS dan segenap jajaran pengurusnya berpotensi mengambil peran signifikan dalam mempengaruhi perilaku siswa/i lainnya.            

Ambil saja contoh sang Ketua OSIS. Di kebanyakan SMA seluruh Indonesia, seorang Ketua OSIS lazimnya dipilih langsung oleh seluruh siswa/i sebagai bentuk pembelajaran berdemokrasi. Namun, pemilihan Ketua OSIS sama sekali tak seperti pemilihan Kepala Daerah yang disarati politik uang, pengerahan birokrat demi menggalang dukungan, kampanye negatif, maupun upaya memanfaatkan isu etnisitas (putra daerah), agama, atau golongan. Seorang Ketua OSIS biasanya terpilih karena kemampuannya menampilkan generalitas gemerlap dan merangsang keikutsertaan. Keduanya, dengan sedikit penyesuaian, dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya meningkatkan kepedulian kaum muda terhadap ketersediaan air bersih.            

Mari kita simak yang pertama, yakni generalitas gemerlap. Dalam hal ini, seorang Ketua OSIS biasanya terpilih karena mampu melekatkan diri dengan suatu citra atau pandangan positif, untuk menarik sebanyak mungkin simpati dan dukungan. Ia bisa saja menyebut dirinya sebagai ”calon Ketua OSIS yang akan membawa perubahan” atau ”calon Ketua OSIS yang berpihak pada kepentingan siswa”. Generalitas gemerlap ini kelak, jika ia telah terpilih, dapat dimanfaatkan untuk mengkampanyekan berbagai hal semisal mengusung jargon, ”Dengan tersedianya air bersih sesuai kebutuhan, saya dapat beraktivitas dengan baik sehingga terpilih sebagai Ketua OSIS, maka mari perhatikan ketersediaan air bersih mulai sekarang demi lancarnya aktivitas sehari-hari” atau ”Air bersih harus dimanfaatkan secara bijaksana, mari berdayakan OSIS untuk membudayakan peduli pemanfaatan air bersih.”            

Tema tersebut tentunya tak perlu dicantumkan dalam bentuk spanduk atau poster di berbagai sudut sekolah, sebab akan terkesan berlebihan hingga malah menimbulkan kesan negatif, melainkan cukup dengan tindakan-tindakan konkret. Sebagai contoh, secara bergantian, para pengurus dan anggota OSIS membiasakan diri untuk memeriksa kondisi bak atau tempat penampungan air di sekolah demi memastikan tak ada yang terisi hingga meluap sia-sia. OSIS dapat pula mempelopori pembangunan wadah penampung air hujan yang isinya dapat dimanfaatkan untuk menyirami tanaman di taman atau pun keperluan lainnya, sehingga sekolah bisa menghemat penggunaan air bersih. Sesuai kapasitas serta kesanggupan, pengurus OSIS pun bisa melakukan pendekatan pada warga sekitar sekolah agar bersedia mempertahankan keberadaan daerah resapan air atau memulai pembuatan lubang-lubang resapan biopori agar dampak perubahan iklim tak terlalu menyiksa.            

Ketua OSIS terpilih dapat juga memanfaatkan keterampilannya merangsang keikutsertaan demi membantu meningkatkan kepedulian kaum muda terhadap ketersediaan air bersih. Hal ini karena, pada dasarnya, semua orang memiliki kecenderungan mengikuti arus pendapat umum. Jika saat berkampanye, ia mengatakan bahwa ”Saya sudah didukung oleh begitu banyak siswa, bagaimana dengan kamu?” atau ”Ikutilah langkah mereka yang sudah menentukan pilihan tepat, yakni dengan memilih saya!”. Setelah berhasil terpilih, ia bisa sedikit menyesuaikan ucapannya, ”Saya peduli terhadap ketersediaan air bersih, bagaimana dengan kamu?” atau ”Ratusan kaum muda di seluruh Indonesia telah bergabung dalam gerakan peduli pemanfaatan air bersih, tunggu apa lagi?”            

Bukan hanya Ketua OSIS sebenarnya. Jika memang memiliki kepedulian terkait ketersediaan air bersih, pengurus OSIS lainnya pun dapat pula memberdayakan diri sesuai bidang tugasnya masing-masing. Mengenai susunan kepengurusan OSIS, memang tidak ada aturan baku yang mengaturnya sebab lazimnya disesuaikan dengan situasi daerah maupun sekolah masing-masing. Namun, secara umum, seorang Ketua OSIS biasanya dibantu oleh Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan beberapa Ketua Sie (Sie Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sie Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme, Sie Wawasan Keilmuan, Sie Apresiasi Seni Budaya dan Daya Kreasi, Sie Olahraga dan Kesehatan).            

Sie Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, khususnya Sub Sie Agama Islam, pada awalnya, dapat mengawali upaya meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap ketersediaan air bersih dengan berlandaskan ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa, "Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup" (QS Al-Anbiya': 30). Dalam pandangan Islam, air adalah benda istimewa dan memiliki kedudukan khusus, yakni menjadi media utama untuk melakukan ibadah ritual bersuci. Hal tersebut karena air berfungsi menghilangkan najis (kotoran) serta hadas (keadaan tak suci seseorang sehingga menjadikan tidak sahnya dalam melakukan suatu ibadah tertentu). Bila ini dipahami sekaligus dihayati oleh kaum muda Islam, yang merupakan mayoritas di Indonesia, niscaya kepedulian terhadap ketersediaan air bersih dapat segera tumbuh dan berkembang.

Adapun Sub Sie Agama Kristen dapat menyebarluaskan pemahaman bahwa manusia memerlukan air untuk kesenangan dan kebahagiaan hidupnya (Yesaya 41:17 dan Zakharia 9:11). Air juga bisa dimaknai sebagai sokongan Tuhan (Yesaya 8:6) serta karunia dan anugerahNya (Yehezkiel 36:25 atau Yohanes 7:38-39). Hal senada juga ditemukan dalam ajaran Hindu, Buddha, dan Konghucu.

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi

 

Penghayatan terhadap ajaran berbagai agama tadi selanjutnya perlu diarahkan agar menekankan pada nilai-nilai substantif (bukan formalis, simbolis, atau eksklusif), menampilkan wajah ramah agama, toleran, dan menghargai perbedaan. Diharapkan, selain membantu menumbuhkembangkan kepedulian terhadap ketersediaan air bersih, juga akan menciptakan harmoni dalam pergaulan di sekolah yang nantinya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.     

Sementara itu, Sie Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme dapat menindaklanjuti upaya meningkatkan kepedulian terhadap ketersediaan air bersih dengan mengangkat fakta bahwa peduli air bersih sama saja artinya mencintai Indonesia. Bagaimana pun, kelangkaan air bersih di berbagai tempat sepenjuru Indonesia telah merampas hak masyarakat untuk hidup sejahtera, menjauhkan bangsa Indonesia dari cita-cita luhur mencapai kemakmuran merata yang berkeadilan, serta melemahkan daya saing di kancah internasional, maka kaum muda yang mengaku mencintai negerinya sudah selayaknya turut berkontribusi memastikan selalu tersedianya air bersih demi terlaksananya beragam aktivitas keseharian, dimulai dari lingkungan sosial terkecilnya.            

Bagaimana halnya dengan Sie Wawasan Keilmuan? Sie ini lazimnya bertugas menumbuhkan semangat mengembangkan penguasaan ilmu dan mengasah kemampuan melalui kompetisi dengan siswa/i lainnya baik dalam satu sekolah maupun antar sekolah. Secara berkala, bekerja sama dengan Sie Apresiasi Seni Budaya dan Daya Kreasi, Sie Wawasan Keilmuan juga bertanggung jawab mengisi rubrik pendidikan di mading sekolah. Sesekali, rubrik pendidikan tersebut dapat juga diarahkan untuk memuat berbagai artikel mengenai kondisi kelangkaan air bersih yang masih kerap terjadi di sepenjuru Indonesia. Harapannya, siswa/i akan menyadari bahwa tidak semua orang bisa menikmati aliran deras air bersih setiap saat, sehingga timbul kepedulian terhadap ketersediaan air bersih. Bukan mustahil, kepedulian lantas berlanjut dengan tindakan-tindakan konkret yang bermakna.  

          

Sumber: Dokumentasi Pribadi

 

Sie Apresiasi Seni Budaya dan Daya Kreasi pun dapat turut berpartisipasi. Di antaranya, dengan menggagas semacam pentas seni atau ajang unjuk kreativitas bertemakan ’Air Bersih Untuk Kehidupan’. Jika digelar Rap Competition, misalnya, peserta bisa diminta memasukkan sejumlah kata kunci terkait bermaknanya air bersih bagi kehidupan. Bila diadakan Festival Band, peserta dapat diwajibkan membuat jingle singkat ciptaan sendiri demi menggelorakan semangat melestarikan sumber air bersih. Jika digelar Cheerleaders Competition, tiap kelompok cheers diharuskan membuat yel-yel dukungan agar menjauhi perilaku boros air bersih. Berbekal sedikit kreativitas, upaya meningkatkan kepedulian terhadap ketersediaan air bersih sesungguhnya bisa dipadukan dengan berbagai unsur modernitas.

Yang terakhir, tapi juga dapat berperan penting, ialah Sie Olahraga dan Kesehatan. Dalam hal ini, terlebih dahulu memang dibutuhkan kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, lembaga swadaya masyarakat penggiat kelestarian lingkungan, maupun perusahaan produsen air minum dalam kemasan yang berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat Indonesia sehat dengan memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat memperoleh manfaat kebaikan alam yang terkandung dalam setiap tetes air dari sumber mata air pegunungan terpilih. Pihak-pihak ini diharapkan bersedia memberikan pelatihan guna meningkatkan pemahaman anggota Sie Olahraga dan Kesehatan mengenai berbagai aspek terkait bermaknanya air bersih bagi kehidupan, sekaligus langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan untuk memastikan tersedianya air bersih sesuai kebutuhan. Setelahnya, anggota Sie ini dapat dijadikan Kader Sahabat Air yang diterjunkan sebagai pendidik sebaya (peer educator) untuk meningkatkan kepedulian terhadap ketersediaan air bersih.

 

Mengapa pendidik sebaya (peer educator) diperlukan? Setidaknya ada tiga alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, karena pendidik sebaya menggunakan bahasa yang kurang lebih sama sehingga informasi tentang bermaknanya air bersih bagi kehidupan akan mudah dipahami oleh sebayanya. Kedua, remaja lebih mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya di hadapan pendidik sebayanya, termasuk bila belum mengetahui langkah konkret yang bisa dilakukan guna mencegah pemborosan air di lingkungan sekitarnya. Dan yang ketiga, beragam pesan penting mengenai air bersih dapat disampaikan serta didiskusikan secara lebih terbuka dan santai.

Dengan melibatkan OSIS dalam upaya meningkatkan kepedulian terhadap ketersediaan air bersih, tanpa disadari sesungguhnya telah tercapai dua tujuan sekaligus, yakni semakin akrabnya semangat peduli air bersih dengan kaum muda dan terbentuknya karakter unggulan sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Karakter unggulan apa saja yang dimaksud? Beberapa yang tampak nyata pada uraian sebelumnya, antara lain, peduli sosial, religius, toleransi, semangat kebangsaan, cinta tanah air, tanggung jawab, rasa ingin tahu, kreatif, kerja keras, dan mandiri.

Karakter-karakter unggulan tersebut diyakini sejumlah pihak sebagai solusi terbaik untuk menghindari kebangkrutan peradaban bangsa Indonesia akibat banyaknya generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun tanpa karakter atau nilai sebagai pedoman bersikap serta berperilaku. Sedemikian pentingnya pembentukan karakter, terutama pada lembaga pendidikan, hingga sejumlah tokoh besar memberikan sanjungan terhadapnya. Mahatma Gandhi, misalnya, pernah menyebut tentang salah satu dari tujuh dosa fatal, yakni pendidikan tanpa karakter (education without character). Dr. Martin Luther King juga tak lalai menegaskan bahwa kecerdasan ditambah karakter merupakan tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya (intelligence plus character is the goal of true education). Tak ketinggalan pula Theodore Roosevelt  mengingatkan betapa mendidik seseorang semata dalam aspek kecerdasan intelektual dan bukan aspek moral adalah menyemai ancaman bagi masyarakat (to educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society).

Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali meningkatkan kepedulian kaum muda terhadap ketersediaan air bersih, terbentuk pula karakter unggulan sebagaimana dicita-citakan bersama. Semoga takkan menjadi gambaran ideal (das sollen, idealita) yang berjarak terlalu jauh dengan kenyataan (das sein, realita). Mari bersama wujudkan tersedianya air bersih, setiap saat dan sesuai kebutuhan, di sepenjuru Indonesia tercinta demi kehidupan yang lebih baik!

 

#bwkehati

#hariairsedunia

#bwchallenge

Tentang Penulis
CIPTA BAGUS SATRIA
SMAS Harapan Mandiri, Medan

Tinggalkan Balasan

2020-03-27
Difference:

Tinggalkan Balasan