Kelelawar memiliki pendengaran yang tajam, spesies tertentu bahkan bisa mendengar hingga frekuensi 200 kHz. Jauh lebih tajam bila dibandingkan dengan manusia yang hanya bisa mendengar pada rentang suara 20 Hz sampai 20 kHz. Sayangnya, ketajaman pendengaran kelelawar dan kemampuan ekolokasi mereka sering disalah artikan orang dengan kebutaan mata. Padahal, kelelawar tidak buta.
Ekolokasi merupakan cara kelelawar untuk melihat gambaran suasana di sekelilingnya dengan pantulan suara. Secara berkala kelelawar akan berteriak kemudian suara yang terpantul pada objek di sekitar akan kembali didengar dan memberinya perkiraan jarak. Untuk mendapat gambaran lokasi yang luas, kelelawar tidak terbang seperti burung tetapi dengan banyak gerakan naik turun dan meluas. Pola terbang ini tampak seperti cara jalan orang buta sehingga membuat manusia salah paham.
Baca juga: Hewan Malam Menentukan Arah Melalui Bintang
Faktanya kelelawar tidak buta dan bahkan memiliki penglihatan yang lebih bagus dibanding manusia saat gelap. Sebagian besar kelelawar pemakan buah pun tidak menggunakan ekolokasi saat berburu, mereka mengandalkan penglihatannya. Sementara itu bagi kelelawar pemakan serangga juga lebih memilih menggunakan matanya ketika mereka bisa. Contohnya saja spesies Plecotus auritus yang memilih waktu berburunya ketika bisa melihat dan sekaligus menggunakan ekolokasi. Ada pula kelelawar yang mampu melihat ketika siang hari dan bahkan melihat spektrum warna yang tidak terlihat manusia (Glossophaga soricina dan Carollia perspicillata).
Secara umum, kelelawar mengandalkan penglihatan selama interaksi sosial dengan sesama, menghindari predator, dan navigasi. Kemampuan ekolokasi memiliki luasan terbatas, sehingga kelelawar mengandalkan penglihatan untuk mengenali objek di luar area ekolokasinya yaitu pada jarak sepuluh sampai dua belas meter. Jadi mitos bahwa kelelawar tidak bisa melihat jelas tidak benar.
Referensi: wtamu.edu, bats.org.uk, livescience, wikipedia
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait