Sudah jutaan hektar hutan hilang sejak pembukaan lahan dengan membakar hutan dimulai. Pada kebakaran hebat tahun 2015 saja seluas 2.6 juta hektar terbakar. Api bahkan melahap sebagian wilayah taman nasional seperti TN Teso Nilo, TN Way Kambas, TN Kutai, dan TN Tanjung Putting. Padahal di sanalah rumah beberapa satwa langka dan endemik. Kebakaran telah mengambil habitat satwa dan merusak ekosistem sampai titik yang tidak bisa dipulihkan.
Hutan Sumatera dan Kalimantan menjadi rumah bagi beberapa hewan langka dan dilindungi. Di Sumatera terdapat orangutan, badak, harimau dan gajah sumatera. Sedangkan di hutan rawa gambut Kalimantan ada beruang madu, macan dahan, orangutan, dan bekantan. Pada kebakaran 1997 40% titik api di Kalimantan adalah habitat orangutan dan sekitar sepertiga populasi orangutan mati karena kebakaran.
Baca juga: Kalimantan yang Belum Padam
Hutan hujan yang terbakar akan selamanya berubah sebab tidak bisa dikembalikan bentuknya seperti semula. Dia tersusun dari struktur komplek yang merupakan asosiasi berbagai tanaman. Sehingga kehilangan sebagian akan menggangu keseimbangan struktur yang ada. Kehilangan pohon juga berarti lebih sedikit makanan tersedia bagi hewan. Jenis yang paling terdampak adalah mamalia pemakan buah dan burung, contohnya orangutan dan rangkong.
Saat kebakaran melanda habitat hewan, ada dua kemungkinan yaitu mati atau sempat migrasi. Namun hewan yang bermigrasipun harus berhadapan dengan pemburu. Entah untuk konsumsi atau masuk ke pasar gelap. Sehingga tidak pilihan yang benar-benar aman.
Sayang, jumlah biodiversitas yang hilang karena kebakaran tidak bisa diketahui. Tidak ada data spesifik pada setiap luasan hutan sehingga sulit untuk dilakukan perbandingan. Tetapi yang pasti hutan, gambut, juga satwa yang mati tidak akan kembali. Api harus padam agar yang tersisa bisa bertahan.
Referensi: WWF, JST, DW, CIFOR, FAO
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait