Buaya siam (Crocodylus siamensis) semakin langka dan terancam punah. Buaya ini dinamai buaya siam lantaran spesimen yang dideskripsikan berasal dari Siam (sekarang Thailand). Selain disebut sebagai buaya siam, di Indonesia buaya ini dikenal juga sebagai buaya kodok dan buaya air tawar. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Siamese crocodile dan Siamese freshwater crocodile.
Buaya siam (Crocodylus siamensis) berukuran sedang dengan panjang tubuh dapat mencapai 4 meter, meskipun pada umumnya hanya berukuran sekitar 2 – 3 meter saja.Di antara kedua matanya terdapat gigir yang memanjang, keping tabular di kepala menaik dan menonjol di bagian belakangnya. Mempunyai 2 – 4 buah sisik besar di belakang kepala. Selain itu buaya siam (Crocodylus siamensis) mempunyai sisik-sisik besar di punggung (dorsal scutes) yang tersusun dalam 6 lajur dengan 16 – 17 baris. Sisik perut tersusun dalam 29 – 33 baris. Warna punggung kebanyakan hijau tua kecoklatan, dengan belang ekor yang pada umumnya tidak utuh. Seperti jenis buaya lainnya, buaya ini memakan invertebrata, katak, reptil, burung dan mamalia, termasuk bangkai. Buaya siam betina membangun sarang berupa gundukan di tepi danau atau sungai. Dalam sekali musim bertelur, buaya siam betina bertelur sekitar 20 – 80 butir. Telur-telur ini akan selalu ditunggui oleh induknya hingga menetas yang memakan waktu antara 70 – 80 hari.
Gambar. Buaya siam (Crocodylus siamensis) (http://renyreptile.blogspot.com/)
Habitat buaya siam (Crocodylus siamensis) adalah perairan dengan arus yang lambat, seperti rawa-rawa, sungai di daerah dataran dan danau. Secara alami, buaya siam (Siamese crocodile) hidup tersebar mulai dari Indonesia (Jawa dan Kalimantan), Malaysia (Sabah dan Serawak), Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Populasi buaya siam (Crocodylus siamensis) semakin hari semakin langka dan terancam kepunahan. Di beberapa tempat diduga telah mengalami kepunahan dari habitat aslinya seperti di Thailand dan Malaysia. Populasi secara global diperkirakan hanya sekitar 5.000 ekor saja. Populasi buaya siam yang semakin langka dan terancam punah diakibatkan oleh kerusakan habitat, perburuan liar, dan perdagangan.
Buaya jenis ini semakin langka dan terancam punah, maka IUCN Red List memasukkan buaya siam dalam status konservasi Critically Endangered (Kritis) yang merupakan status keterancaman tertinggi sebelum dinyatakan punah. CITES pun memasukkan buaya siam (Crocodylus siamensis) dalam daftar Apendiks I yang berarti dilarang diperdangangkan dalam bentuk apapun. Buaya jenis ini yang merupakan salah satu dari 7 spesies buaya yang hidup alami di Indonesia, termasuk binatang yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Belum diketahui dengan pasti jumlah populasi jenis buaya ini di Indonesia.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Reptilia
Ordo: Crocodylia
Famili: Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies: Crocodylus siamensis
Source :www.crocodilian.com/cnhc/csp_csia.htm
wwf.panda.org/what_we_do/where_we_work/project/projects_in_depth/dry_forests_ecoregion/about_the_area/indochina_spp/siamese_crocodilew
http://renyreptile.blogspot.com/
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait