Bioekologi dan Kehidupan Gajah di Gunung Leuser

Bioekologi dan Kehidupan Gajah di Gunung Leuser
20 Juni 2014
2137

Gajah liar yang terdapat di hutan leuser biasanya merupakan kelompok keluarga kecil antara 3-10 individu terdiri dari betina dewasa, gajah betina muda dan satu atau dua anak gajah. Pemimpin kelompok biasanya betina tertua, biasanya selama bertahun-tahun kelompok ini akan menjadi asosiasi yang lebih besar hingga mencapai 30-an ekor dan biasa disebut sebagai kawanan.

Secara berkala jantan soliter (yang sebagian besar waktu hidupnya sendiri dan jauh dari kelompoknya) akan menempuh perjalanan yang jauh mencari kelompoknya untuk kawin dengan betina dalam kelompok. Gajah betina siap bereproduksi setelah berumur 8-10 tahun, sementara gajah jantan setelah berumur 12-15 tahun. Gajah betina mempunyai masa reproduksi 4 tahun sekali, lama kehamilan 19-21 bulan dan hanya melahirkan 1 ekor anak dengan berat badan lebih kurang 90 kg. Seekor anak gajah akan menyusu selama 2 tahun dan hidup dalam pengasuhan selama 3 tahun.

Urusan merawat anak gajah adalah tanggung jawab bersama diantara kelompok gajah. Biasanya yang merawat anak gajah adalah induk betina dan kakak ataupun bibinya. Gajah betina yang sudah muda akan tetap tinggal bersama kelompoknya dan gajah jantan apabila sudah bisa mandiri akan di usir dari kelompoknya untuk hidup secara soliter. Jantan yang telah dewasa untuk mendekati kelompoknya biasanya akan menantang Gajah jantan lainnya agar bisa kawin.

Gajah tidak mempunyai musim kawin yang tetap dan bisa melakukan kawin sepanjang tahun, namun biasanya frekwensinya mencapai puncak bersamaan dengan masa puncak musim hujan di daerah tersebut. Gajah jantan sering berperilaku mengamuk atau kegilaan yang sering disebut musht dengan tanda adanya sekresi kelenjar temporal yang meleleh di pipi, antara mata dan telinga, dengan warna hitam dan berbau merangsang. Perilaku ini terjadi 3-5 bulan sekali selama 1-4 minggu. Perilaku ini sering dihubungkan dengan musim birahi, walaupun belum ada bukti penunjang yang kuat.

Secara alami gajah melakukan penjelajahan dengan berkelompok mengikuti jalur tertentu yang tetap dalam satu tahun penjelajahan. Jarak jelajah gajah bisa mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim buah-buahan di hutan mampu mencapai 15 km per hari. Kecepatan gajah berjalan dan berlari di hutan (untuk jarak pendek) dan di rawa melebihi kecepatan manusia di medan yang sama. Gajah juga mampu berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan belalainya sebagai “snorkel” atau pipa pernapasan.

Selama menjelajah, kawanan gajah melakukan komunikasi untuk menjaga keutuhan kelompoknya.Gajah berkomunikasi dengan menggunakan soft sound yang dihasilkan dari getaran pangkal belalainya. Dewasa ini ditemukan bahwa gajah juga berkomunikasi melalui suara subsonik yang bisa mencapai jarak sekitar 5 km. Penemuan ini telah memecahkan misteri koordinasi pada kawanan gajah yang sedang mencari makanan dalam jarak jauh dan saling tidak melihat satu sama lain. Di daerah Bengkung yang berbatasan dengan Taman Nasional selalu bisa ditemukan migrasi gajah secara sangat teratur sampai tahun 1986. Akan tetapi, ketika aktivitas ilegal logging dimulai migrasi ini sudah sangat sulit ditemukan.

Gajah memiliki beberapa musuh alami selain manusia dan harimau (harimau biasanya memangsa anak gajah), faktor pembatas untuk umur panjang gajah adalah penyakit dan kerontokan pada gigi gajah. Apabila gigi Gajah telah tanggal maka gajah akan sulit untuk makan sehingga akhirnya akan cepat sakit dan mati. Gajah akan mampu berusia sampai 70 Tahun.

Tentang Penulis
Subhan Hadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel
Terkait
Tidak ada artikel yang ditemukan
2014-10-08
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *