Pendugaan Populasi Dan Analisis Karakteristik Habitat Burung Cenderawasih Kuning-Kecil (Paradisaea Minor) Di Kampung Sawendui, Raimbawi, Kepulauan Yapen, Papua

Aktivitas Lapangan
Pendugaan Populasi Dan Analisis Karakteristik Habitat Burung Cenderawasih Kuning-Kecil (Paradisaea Minor) Di Kampung Sawendui, Raimbawi, Kepulauan Yapen, Papua
13 September 2021
Kampung Sawendui, Distrik Raimbawi, Kepulauan Yapen, Papua.

Ekpedisi pendugaan populasi dan analisis karakteristik habitat burung Cenderawasih Kuning Kecil (Paradisaea minor) Di Kampung Sawendui, Raimbawi, Kepulauan Yapen, Papu dilakukan pada 16 Oktober – 15 November 2021.

 

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.Melakukan pengamatan dan mengestimasi kepadatan populasi burung cenderawasih
kuning-kecil.2. Mengetahui tipe & karakteristik habitat burung cenderawasih serta pengaruhnya
terhadap populasi burung cenderawasih kuning-kecil.
3. Melakukan pemetaan terhadap lokasi habitat burung cenderawasih kuning-kecil.

 

Cenderawasih kuning-kecil merupakan jenis burung endemik dari famili Paradisaeidae yang hanya tersebar di Pulau Papua. Burung ini menjadi ikon negara Indonesia dan dikenal oleh dunia sebagai burung yang indah. Masyarakat umum lebih mengenal burung cenderawasih sebagai burung dengan warna bulu yang cantik sehingga disebut sebagai bird of paradise atau burung dari surga (Endah, 2012) (Pratt & Beehler, 2014). Burung cenderawasih menjadi ikon Indonesia dan
sangat dikenal oleh dunia.

 

Kepulauan Yapen merupakan salah satu daerah di Papua dengan habitat cenderawasih terbesar. Cenderawasih kuning-kecil tersebar di sepanjang Pulau Papua bagian utara, termasuk Kepulauan Yapen. Lokasi yang dapat dilakukan pengamatan cenderawasih adalah di Distrik Reimbawi, tepatnya di Kampung Sawendui. Kepulauan Yapen berada di tengkuk leher burung Pulau Papua dan terpisah dari pulau utama (KSDAE, 2017) (Pratt & Beehler, 2014).

 

Saat ini burung cenderawasih mengalami penurunan populasi di habitat aslinya. Di dalam website IUCN Red List, burung cenderawasih kuning-kecil (Paradisaea minor) masuk ke dalam kategori Least Concern (LC) yang berarti hewan ini dalam kondisi aman dan berisiko rendah. Namun populasi burung ini mengalami penurunan dan terancam punah akibat rusaknya habitat dan maraknya perburuan liar (Wazaraka, et al., 2019) (BirdLife International, 2018).

 

Alasan kami mengangkat burung cenderawasih sebagai topik penelitian utama karena masih sedikit penelitian burung cenderawasih yang mengangkat topik penelitian karakteristik habitat. Berdasarkan pencarian artikel ilmiah di database Google Scholarship menggunakan aplikasi Publish or Perish, hanya 7 artikel terkait Cenderawasih di Pulau Yapen yang dapat ditemukan berupa jurnal nasional, laporan penelitian, dan tesis. Dari ketujuh publikasi artikel itu, hanya ada 3 artikel yang dipublish dalam 10 tahun terakhir (2011 sampai 2021) serta belum ada penelitian cenderawasih kuning-kecil di kampung Sawendui. Ada penelitian tentang burung cenderawasih kuning-kecil, namun belum ada yang membahas tentang pendugaan populasi. Selain itu, populasi burung cenderawasih di beberapa daerah di timur Kepulauan Yapen masih belum terdata dengan lengkap (Wazaraka, et al., 2019).

 

Pemerintah daerah memiliki peran besar dalam upaya konservasi cenderawasih di Sawendui. Peran pemerintah daerah diperlukan dalam membuat dan menetapkan regulasi berupa aturan dan produk hukum baik dalam kegiatan konservasi dan kepariwisataan, serta menyediakan dan membangun infrastruktur, transportasi, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Selain pemerintah daerah, organisasi SPF (Saireri Paradise Foundation) sebagai pemangku kepentingan atau stakeholder juga memiliki pengaruh terhadap upaya konservasi dan pemeliharaan lingkungan.

 

 

Tinggalkan Balasan