Saat ini hamparan terumbu karang nan cantik cukup mudah dijumpai di lautan seluruh dunia. Namun kondisi mereka semakin mengkhawatirkan seiring perubahan iklim. Naiknya suhu permukaan laut dan banyaknya jumlah CO2 yang diserap lautan menjadi dua faktor utama perusak terumbu karang yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
Ketika suhu permukaan laut meningkat selama beberapa minggu, maka Zooxanthellae (dinoflagelata bersel satu yang bersimbiosis di jaringan karang) akan meninggalkan karang dan membuatnya berwarna putih. Sebab warna yang kita lihat di karang berasal dari Zooxanthellae. Kondisi ini disebut sebagai pemutihan karang, terumbu karang menjadi tidak sehat karena lemah dan kurang mampu melawan penyakit. Di pulau-pulau Pasifik pemutihan koral sebenarnya termasuk kondisi alami ketika musim panas, tetapi dalam jumlah sedikit.
Baca juga: Terumbu Karang Sumatera Barat 90% Mati, Butuh Berapa Lama Suksesi?
Sementara peningkatan CO2 yang diserap oleh lautan dapat mengakibatkan pengasaman karena menurunkan pH. Ketika laut semakin asam, karang tidak dapat menyerap CaCO3 (kalsium karbonat) yang mereka butuhkan untuk mempertahankan kerangkanya, sehingga mudah terkikis. Pada tahun 2009 penelitian menyebutkan lautan memiliki pH 8.0689 dengan CO2 380 ppm, tetapi bila perubahan iklim terus berlanjut diperkirakan pada tahun 2100 pH lautan akan mencapai 7.8 dengan CO2 terserap 500 ppm. Pada angka ini ekosistem terumbu karang diperkirakan hancur, sehingga sangat riskan bagi puluhan juta orang yang hidupnya bergantung langsung pada keberadaan mereka.
Sumber: teachoceanscience, oceanservice, wikipedia, Sciencemag
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.
Terkait