Si Setia yang Bersayap

Satwa
Si Setia yang Bersayap
28 Januari 2016
1644

Keanekaragaman burung Rangkong atau Enggang di Indonesia sangat tinggi di bandingkan negara lain. Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki jenis burung Rangkong. Dari 57 spesies burung Rangkong yang terdapat di seluruh dunia, 14 diantaranya terdapat di Indonesia. Keanekaragaman burung Rangkong itu makin terasa lantaran tiga jenis diantaranya merupakan endemik Indonesia yang tidak terdapat di negara lain.

Burung Rangkong dikenal juga sebagai Julang, Enggang, dan Kangkareng atau bahasa Inggris disebut Horbbill merupakan nama burung yang tergabung dalam suku Bucerotidae. Burung Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas pada paruhnya yang mempunyai bentuk menyerupai tanduk sapi. Nama ilmiahnya, “Bucerotidae” mempunyai arti “tanduk sapi” dalam bahasa Yunani.

Secara umum burung Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas berupa paruh yang sangat besar menyerupai tanduk. Di Indonesia, ukuran tubuh Rangkong sekitar 40 – 150 cm, dengan rangkong terberat mencapai 3.6 Kilogram. Umumnya warna bulu Rangkong didominasi oleh warna hitam (bagian badan) dan putih pada bagian ekor. Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi.

Ciri khas burung rangkong lainnya adalah suara dari kepakan sayap dan suara “calling”, seperti yang dipunyai Rangkong Gading (Buceros vigil) dengan “calling” seperti orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar hingga radius 3 Km.

Burung Rangkong tersebar mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan hujan tropis. Rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah dan perbukitan (0 – 1000 m dpl). Makanan Rangkong terutama buah-buahan dan sesekali binatang2 kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.

Rankong bukanlah burung “vegetarian” (herbivora). Ia suka menyantap berbagai menu. Dalam daftar makanan hariannya terdiri dari aneka buah, serangga, reptil dan hewan-hewan mungil.Walau bukan pemburu jempolan, Rangkong cukup mahir mengejar mangsanya. Buah memang favorit, namun daging ular, kadal, bahkan hewan pengerat akan dilahap jika sedang beruntung.Ada satu yang unik dalam “pertempuran” Rangkong dengan ular. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa saat memangsa ular berbisa, Rangkong cukup hati-hati. Kemampuan memangsa ini dikembangkannya menjadi teknik makan yang unik. Saat mematuk ular berbisa, ia menempatkan kepala ular di dekat ujug paruhnya. Ini untuk menjauhkan patukan ular ke kepala atau bagian tubuh lainnya. Setelah menempatkan mangsa sedemikian rupa, ia akan mulai melakukan putaran paruh agar bagian atas ular berada di bawah (terbalik). Lantas dengan perhitungan dan kehati-hatian, ia mematuki kepala dan tubuh ular sampai hancur. Dan daging segar pun segera dilahap.

Rangkong suka bersarang di lubang-lubang pohon besar. Namun berbeda dengan kebanyakan burung lainnya, dalam masa mengerami, betina akan mengurung diri selama masa mengerami. Dan jantan akan setia melayani istrinya, karena rangkong dikenal sebagai burung yang setia pada pasangan (monogami). Saat musim bertelur, betina akan bertelur di lubang-lubang pohon sebagai sarang. Biasanya ia akan menempatkan 1 – 5 telur dalam satu kali musim bertelur. Setelah semua telur ditempatkan sedemikian rupa, maka betina akan menutup lubang pohon dengan lumpur dan meterial lain. Ia akan merontokkan bulunya kemudian mengurung diri di lubang gelap yang sempit sambil mengerami telurnya dan hanya paruhnya saja yang terlihat. Jantan akan membantu menutup lubang dengan membiarkan sedikit celah sempit. Celah ini digunakan jantan untuk menyuplai makanan bagi betinanya.Setelah masa mengerami selesai dan anakan rangkong telah lahir, betina bersama bayi-bayinya akan memecah tembok pelindung itu dan terbang keluar. Karena sistem perlindungan seperti ini, sarang-sarang Rangkong cenderung terlindungi dari kemungkinan serangan predator dan hewan “pemburu” telur. namun apabila saat masa mengerami sang jantan mati maka “selesailah” sudah hidup sang betina dan telur telurnya karena terkurung di dalam dan tidak ada yang memberi pasokan makanan dan walaupun mereka berhasil menetas namun sang betina tidak akan mencari jantan yang baru hingga mati. Rangkong memang burung yang istimewa. Tercatat sebagai keturunan burung yang hidup sejak ribuan tahun lalu. Sejak lama Rangkong memang sudah menjadi salah satu burung yang “dipuja” dibanyak kebudayaan kuno, termasuk suku Dayak di Kalimantan. Rangkong pada beberapa kebudayaan kuno menjadi bagian ritual religi yang melambangkan kebebasan, kesucian dan loyalitas. Kini ia termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi karena terancam punah

 

source:

Rangkong “Si Paruh Tanduk”

http://student.cnnindonesia.com/pelajar/20160120173603-317-105647/keistimewaan-berujung-bencana-bagi-rangkong-gading/

http://bengkulu.antaranews.com/berita/33076/warga-bengkulu-serahkan-burung-rangkong-ke-bksda

Tentang Penulis
Mutia Afianti

Tinggalkan Balasan

2016-03-24
Difference:

Tinggalkan Balasan