Tanaman Transgenik, Solusi atau Polusi?

Flora
Tanaman Transgenik, Solusi atau Polusi?
28 July 2017
3073

Pro Tanaman Transgenik

Sebagian masyarakat yang pro pada penerapan tanaman transgenik berdasarkan pada asumsi bahwa rekayasa genetika memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dalam menghadapi permasalahan-permasalahan di masa mendatang. Pada awalnya, penemuan teknologi ini dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi ancaman krisis pangan dunia. Para peneliti dan praktisi mengklaim tanaman hasil rekayasa genetika mampu meningkatkan jumlah produksi dan kualitas produk yang dihasilkannya. Manipulasi gen pada tanaman dapat meningkatkan kualitas rasa, nutrisi, aroma dan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen. Selain itu, tanaman transgenik memiliki ketahanan terhadap hama karena mampu memproduksi toksin bakteri pengendali serangga, dengan demikian penggunaan herbisida dan pestisida dapat dikurangi dan pencemaran lingkungan sebagai dampak penggunaan bahan kimia pun dapat dihindari. Tanaman transgenik juga memiliki kemampuan toleran terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti kekeringan, banjir, kadar garam yang tinggi dan suhu ekstrim. Dengan modifikasi genetika, tanaman mampu menghasilkan asam lemak linoleat yang tinggi sehingga mampu hidup dengan baik pada suhu dingin dan beku.

 

Kontra Tanaman Transgenik

Beragam manfaat dari tanaman transgenik yang diklaim oleh pihak peneliti dan praktisi rekayasa genetika ternyata tidak mampu meredam suara-suara yang menentang penerapan teknologi ini sebagai alternatif baru komoditi pangan. Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik ini karena dianggap dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Dari segi kesehatan, tanaman transgenik disinyalir dapat menyebabkan keracunan bagi manusia. Tanaman transgenik tahan hama yang disisipi gen Bt ternyata tidak hanya bersifat racun terhadap serangga tetapi juga pada manusia. Penggunaan gen Bt pada tanaman jagung dan kapas dapat menyebabkan alergi pada manusia, demikian pula dengan kedelai transgenik yang diintroduksi dengan gen penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut. Hasil uji skin prick-testmenunjukkan kedelai transgenik tersebut positif sebagai alergen. Tidak hanya menimbulkan alergi, tanaman hasil rekayasa genetika juga diduga bersifat karsinogenik atau berpotensi menyebabkan kanker, serta minim gizi karena kandungannya telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menghilangkan beberapa kandungan alami produk hasil olahannya. Ternak yang diberi makan kentang dan tomat hasil rekayasa genetika mengalami perubahan dalam perutnya yang mengindikasikan pada kanker, kerusakan ginjal dan organ tubuh lainnya, serta perkembangan otak yang lambat. Lebih lanjut lagi, tanaman transgenik yang diintroduksi dengan antibiotik Kanamicyn R (Kan R) bila dikonsumsi manusia disinyalir dapat mengakibatkan resistensi bakteri dalam tubuh akibat pemaparan dengan antibiotik secara kontinu. Akibatnya, penggunaan antibiotik untuk menyembuhkan penyakit menjadi tidak ampuh lagi.

 

sumber : http://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/23-tanaman-transgenik-solusi-atau-polusi.html

About Author
David Pasaribu
Universitas Sumatera Utara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2017-07-28
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *