Sayap Burung: Inovasi Teknologi yang Menghubungkan Manusia di Seluruh Dunia

Satwa
Sayap Burung: Inovasi Teknologi yang Menghubungkan Manusia di Seluruh Dunia
4 Oktober 2020
1369

Pada tahun 1861, pekerja tambang di Jerman bagian selatan menemukan fosil Archaeopteryx, burung primitif (the first true bird) yang diduga sebagai fosil peralihan reptilia dan burung yang hidup 150 juta tahun yang lalu. Archaeopteryx memiliki struktur sayap, tetapi struktur tulang Archaeopteryx masih terlalu kecil untuk menopang otot terbang, sehingga Archaeopteryx belum mampu untuk mengepakkan sayap dan hanya dapat meluncur dari satu cabang ke cabang lainnya. Kehadiran burung di Bumi diduga sejak 150 juta tahun yang lalu, lebih lama dibandingkan manusia yang hadir sejak sekitar 250.000 tahun yang lalu di Bumi.

 

Sayap dan terbang merupakan dua karakteristik yang paling erat dengan burung. Struktur sayap dan kemampuan terbang sangat terbatas pada hewan, dan burung merupakan salah satu kelompok hewan terbesar yang memiliki kedua hal tersebut. Kemampuan terbang pada burung didukung oleh struktur sayap yang ringan, kuat, dan fleksibel yang memungkinkan burung terangkat ke atas saat mengepakan sayap di udara. Ukuran dan bentuk sayap pada burung juga bervariasi menyesuaikan kondisi lingkungan habitat. Sayap burung merupakan hasil evolusi yang memiliki banyak fungsi, seperti mencari mangsa, melarikan diri dari serangan predator, memikat lawan jenis (sexual selection) yang mendukung burung untuk bertahan hidup. Sayap burung juga membantu burung untuk melakukan migrasi, pergerakan musiman yang membawa burung ke tempat berkembang biak, lalu kemudian kembali ke habitat asal. Migrasi merupakan hasil dari proses evolusi yang memungkinkan burung terbang ribuan mil melewati gunung-sungai untuk mencari suhu yang lebih hangat dan berkembang biak. Kebanyakan burung dapat melakukan perjalanan terbang dengan kecepatan 25-45 mil/jam (40-70 km/jam), burung merpati (Columbidae) dapat menempuh 600 mil (1.000 km) hanya dalam waktu sehari. Burung lainnya yang dapat melakukan migrasi terjauh adalah albatros dan arctic tern dengan total panjang lintasan migrasi 80.000 km dalam satu tahun atau sekitar hampir dua kali keliling bumi.

 

Kemampuan burung untuk terbang dengan cepat menjadi inspirasi salah satu tokoh terkenal, Leonardo da Vinci untuk membuat teknologi yang memungkinkan manusia untuk terbang. Leonardo berhasil mendesain sebuah mesin terbang bertenaga manusia (ornithopter) dengan melakukan  observasi pada struktur sayap dan mekanisme terbang burung (DK, 2016). Desain karya Leonardo menjadi inspirasi bagi Wilbur Wright dan Orville Wright, atau sebut saja “Wright Bersaudara” untuk mengembangkan teknologi yang memungkinkan manusia untuk terbang. Wright bersaudara berhasil menciptakan pesawat heavier-than-air (Wright Flyer) yang dibuat dari kayu cemara dan mesin khusus berkekuatan 12 tenaga kuda, serta menjadi dua orang pertama yang berhasil menciptakan pesawat terbang bermesin. Pencapaian Wright bersaudara kemudian melahirkan pesawat-pesawat terbang yang sampai saat ini digunakan manusia untuk bepergian ke seluruh belahan dunia.


Wright flyer, 1905

Mesin terbang pertama Wright Bersaudara

dokumentasi: Library of Congress, Washington, D.C.

 

Referensi

Burnie, D. 2008. DK Eyewitness Books: Bird. New York, DK Publishing: 72.

DK. 2016. Everything You Need to Know About Birds. New York, DK Publishing: 80.

Zaenudin, A. 2019. 22 Mei 1906: Sejarah Pesawat Terbang: Imajinasi da Vinci ala Wright Bersaudara. [https://tirto.id/sejarah-pesawat-terbang-imajinasi-da-vinci-ala-wright-bersaudara-dD8x]. Diakses pada 04 Oktober 2020.

Zax, D. 2010. Should Airplane Look Like Birds?. [https://www.fastcompany.com/1704545/should-airplanes-look-birds]. Diakses pada 04 Oktober 2020.

Tentang Penulis
Christy Lavenia
Biologi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2020-10-04
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *