Peran Purun Tikus (Eleocharis dulcis) di Ekosistem Rawa Pasang Surut

Flora
Peran Purun Tikus (Eleocharis dulcis) di Ekosistem Rawa Pasang Surut
8 Juni 2022
987

Peran Purun Tikus (Eleocharis dulcis) di Ekosistem Rawa Pasang Surut

Lahan rawa pasang surut menjadi salah satu agroekosistem yang berpotensi dalam pengembangan sektor pertanian (Annisa dan Nursyamsi, 2016). Berdasarkan hasil penelitian dari Ritung et al. (2015), total luasan lahan rawa di Indonesia sekitar 34,12 juta ha dan sebanyak 56,04% merupakan lahan yang berpotensi untuk dijadikan sebagai lahan pertanian khususnya tanaman pangan seperti padi. Namun pengembangan pertanian di lahan rawa juga memiliki resiko yang cukup besar, salah satunya adalah karena pH tanah yang sangat masam.

Kondisi lahan rawa yang asam menjadi kendala dalam pengembangan lahan pertanian yang berkelanjutan. Khairatun Napisah & Wahida (2019) menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena teroksidasinya pirit dalam tanah yang berakibat pada peningkatan kelarutan unsur Fe dan A. Unsur beracun yang ada di lahan rawa pasang surut juga diakibatkan karena pengendapan lumpur dari sungai. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan tanaman hiperakumulator yaitu purun tikus (Eleocharis dulcis).

Purun tikus (Eleocharis dulcis) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak tumbuh di lahan basah, khususnya di lahan rawa. Tanaman ini menjadi tanaman hiperakumulator karena berpotensi untuk mengkonsentrasikan logam dalam jumlah tinggi. Pernyataan ini terbukti berdasarkan hasil penelitian dari Yuliana et.al. (2017) yang menjelaskan bahwa suatu jenis tanaman dapat dikatakan sebagai hiperakumulator apabila memiliki karakter-karakter diantaranya adalah tanaman memiliki tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya. Selain itu, mampu mentoleransi unsur dalam tingkat yang tinggi pada jaringan akar dan tajuknya serta memiliki laju translokasi logam berat dari akar ke tajuk yang tinggi.

Mekanisme penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tanaman purun tikus secara umum ada 3 proses. Pertama, logam berat yang tergabung dengan senyawa larut dalam air diserap akar bersama dengan penyerapan air. Sementara logam berat yang berada dalam senyawa tak larut air, diserap melalui mekanisme kontak dengan permukaan. Kedua, logam berat ditranslokasikan ke bagian tanaman lain melalui jaringan pengangkut xylem dan floem mengikuti aliran transpirasi tanaman ke bagian atas tanaman lainnya seperti tajuk. Ketiga, logam yang diserap dilokalisasi pada sel dan jaringan tertentu agar metabolisme tanaman tidak terhambat dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar.

Purun tikus mampu menyerap logam berat sebanyak 1% dari bobot keringnya. Jenis tanaman ini tetap dapat tumbuh normal tanpa gejala keracunan atau pertumbuhan yang tidak normal meskipun tumbuh di tanah yang banyak mengandung unsur beracun. Tanaman ini menyimpan banyak senyawa fenolat pada dinding sel akar dan daunnya sehingga menciptakan sifat toleransi yang tinggi terhadap logam berat. Pemanfaatan Purun tikus sebagai penyerap kandungan besi pada tanah di lahan rawa dapat membuat tanah menjadi lebih reduktif dan bermanfaat.

Tentang Penulis
Fiqrudina Sain Saputri
Universitas Tanjungpura

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2023-06-24
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *