Kondisi “Poe Meurah” yang semakin parah di Aceh

Satwa
Kondisi “Poe Meurah” yang semakin parah di Aceh
10 September 2014
1708

“Poe Meurah” begitulah sebutan masyarakat aceh bagi hewan dari spesies Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang merupakan salah satu dari jenis gajah yang terdapat di alam yang merupakan hewan yang sangat dilindungi oleh pemerintah karena keberadaan jumlah spesies ini di alam sudah sangat sedikit. Oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) yang merupakan lembaga yang bergerak di bidang konservasi berskala internasional telah memberi status konservasi “Critically Endangered” atau “kritis” bagi hewan bertubuh besar ini.

Keberadaan gajah sumatera menjadi semakin terancam akibat habitat alami mereka terganggu karena pembukaan lahan oleh masyarakat. Deforestasi menjadi pemicu utama konflik yang berkepanjangan antara gajah dan masyarakat akibat gajah memasuki area perkebunan milik masyarakat karena wilayah jelajah (home range) mereka yang semakin terbatas. Hal ini memaksa masyarakat untuk membunuh gajah yang memasuki area perkebunannya dengan cara menjerat hewan ini dengan jebakan ataupun meracuni hewan ini.

Kondisi lain yang menjadi pemicu dalam menurunnya jumlah spesies gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di alam adalah perburuan yang dilakukan terhadap hewan ini untuk mengambil gadingnya. Data dari WWF (World Wildlife Fund) Aceh tercatat sejak tahun 2012 hingga 2014 tidak kurang dari 31 ekor gajah mati di Aceh yang diduga kuat akibat perburuan gading gajah.

Dua ekor gajah jantan ditemukan tewas dengan jarak terpisah sejauh 200 meter di kawasan PT Perkebunan Dwi Kencana Semesta, di Desa Jambo Reuhat, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur pada tanggal 7 September 2014. (Sumber : Hendri/Harian Serambi Indonesia.

Kondisi terkini ditemukan 2 ekor gajah mati di lokasi perkebunan PT Dwi Kencana Semesta, Gampong (desa) Jambo Reuhat, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur. Kematian gajah ini diduga akibat perburuan gading oleh para pemburu liar karena ketika ditemui gajah dalam kondisi tanpa gading dan bagian kepala hampir terputus dengan darah yang terus mengalir dari bagian tersebut.

Kasus ini menambah panjang daftar kematian gajah di Aceh akibat perburuan gading. Penulis berharap agar pemerintah Aceh melalui instansi terkait serius untuk mengusut kasus ini dan menindak tegas para pelaku perburuan gading gajah, agar kelestarian satwa ini tetap terjaga sehingga tidak mengurangi khazanah keanegaragaman hayati fauna di Aceh

 

Tentang Penulis
Fahmy Armanda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2014-09-10
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *