Keanekaragaman Hayati Indonesia Perlu Diperhatikan

Keanekaragaman Hayati Indonesia Perlu Diperhatikan
9 May 2022
615

Pada hari Jumat, 22 April 2022, kelas mata kuliah Media and Environment kedatangan tamu dari salah satu perwakilan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia atau KEHATI yaitu Bapak Syarif. Yayasan tersebut merupakan organisasi swasta  yang berdiri sejak tahun 1994 dan dibuat untuk mengelola sumber daya dalam menunjang kelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Berbagai program sudah dijalankan untuk membantu melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia. Pada kesempatan itu, Bapak Syarif memberikan materi mengenai perkenalan keanekaragaman hayati Indonesia, ancamannya, dan memaparkan berbagai aktivitas yang telah Yayasan KEHATI lakukan dan dapat diikuti untuk berkontribusi melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia. Dari sesi sharing dan diskusi tersebut, saya mempelajari banyak hal baru yang memeperluas pengetahuan serta wawasan saya mengenai biodiversitas/keanekaragaman hayati.

 

Pada seminar tersebut, Bapak Syarif mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara Mega-biodiversity terbesar ke-2 di dunia, setelah Brazil. Hal ini juga sudah mengalami riset yang mengatakan bahwa Indonesia memiliki tempat tumbuh sebesar 10% spesies bunga yang ada di dunia, serta rumah bagi 12% mamalia, 16% spesies reptilia, dan 17% spesies burung yang ada di dunia. Sayangnya, terlepas dari keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia, kerusakan lingkungan yang terjadi hingga saat ini mengancam keberadaan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Biodiversity itu tentunya dipengaruhi oleh letak Indonesia sendiri yang ada di garis khatulistiwa serta berada di dua benua yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki iklim tropis. Iklim tersebut tentunya merupakan salah satu faktor pendorong dari hadirnya keanekaragaman hayati di Indonesia, namun perubahan iklim yang drastis serta kerusakan lingkungan yang parah menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup hayati di tanah air ini.

 

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerusakan keanekaragaman hayati yang paling parah di dunia. mencakup peraturan perundangan terkait kehutanan yang tidak konsisten,  penebangan liar,  pariwisata yang tidak sustainable dan kurangnya perencanaan pariwisata sehingga dapat merusak lingkungan praktik Salah satu contoh yang paling krusial dan parah adalah deforestasi, yaitu ancaman utama kelestarian hutan di Indonesia yang diakibatkan oleh konversi hutan, perambahan hutan, pertambangan, illegal logging, dan kebakaran.

 

Menurut bapak Syarief, ada beberapa faktor yang mendorong meluasnya deforestasi:

 

  1. Pola pikir pembangunan yang reduksionis. Seperti merendahkan sumber daya alam sebagai modal alam dengan fungsi publik.
  2. Tata kelola dan kebijakan yang buruk dan kurang terstruktur.
  3. Adanya ‘State Capture’, yaitu fenomena pemanfaatan institusi negara sebagai penyusun kebijakan yang melibatkan korupsi.
  4. Kesenjangan sosial-ekonomi dan masalah penegakkan hukum.
  5. Pendekatan Ego-sektoral. Yaitu ketika sektor hutan diambil kayunya saja, perikanan diambil ikannya saja, pertambangan diambil mineralnya saja, dan lain sebagainya. Hal ini berakibat pada rusaknya ekosistem masing-masing sektor.
  6. Permasalahan agraria serta keadilan bagi masyarakat kecil dan masyarakat adat.

 

Oleh karena itu, Yayasan KEHATI mengajak para generasi muda untuk segera bertindak dan berkontribusi dalam melestarikan keanekaragaman hayati. Ditargetkan pada generasi muda karena generasi ini inovatif, dan dapat mempengaruhi dengan mudah dengan impact yang besar melalui media online. Kita sebagai generasi mudah sudah sebaiknya berpartisipasi dalam melestarikan keanekaragaman hayati demi masa depan kita, dan generasi selanjutnya.

About Author
Axel Jeremia Algiano
Jurnalistik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related
Article
No items found
2022-05-09
Difference:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *