Jakarta Biodiversity Survey in Pandemi (Taman Ayodya)

Aktivitas
Jakarta Biodiversity Survey in Pandemi (Taman Ayodya)
22 November 2020
897

Taman Ayodya merupakan salah satu taman yang berada di tengah kota. Taman ini kerap kali dijadikan tempat wisata oleh warga Jakarta Selatan. Hal tersebut karena fasilitas yang ditawarkan cukup menarik. Bagian tengah taman ini terdapat danau buatan yang berisi ikan, sehingga pengunjung dapat memberikan makan kepada ikan-ikan di sana. Selain itu di sana juga terdapat panggung teater, lintasan lari, bangku taman, dua buah gazebo, air mancur dan lainnya. Biasanya orang-orang berkunjung ke sana untuk berolahraga, melihat air mancur, berfoto-foto, mengikuti suatu event atau sekadar singgah menghilangkan stress karena pekerjaan atau kemacetan di jalan.

 

Namun disituasi sekarang ini, pengunjung tidak diperbolehkan berkegiatan di dalam taman. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerumunan agar tidak menyebarkan virus Covid-19. Seluruh pintu masuk Taman Ayodya diportal. Meski demikian masih ada saja orang-orang yang mencoba menorobos masuk sehingga satpam harus bertindak tegas. Bagi yang bersurat izin untuk keperluan pengambilan data masih diperbolehkan. Mereka diminta menggunakan almamater agar tidak ada kecemburuan dari orang-orang yang tidak diperbolehkan masuk.

 

Minggu, 22 November 2020, merupakan pagi yang cerah untuk Komunitas Ayo ke Taman, Biodiversity Warriors Yayasan KEHATI, dan Biological Bird Club "Ardea" melakukan Jakarta Biodiversity Survey in Pandemi, ini merupakan hari ketiga biodiversity survey. Kami memulai pengamatan pada jam 07.25 s.d. 10.00. Setiap melihat satwa yang ditargetkan, langsung kami catat dan dokumentasikan. Pada pengamatan kali ini, kami menemukan 10 jenis burung, 3 jenis capung, 5 jenis kupu-kupu, dan bunglon taman.

 

Berikut ini beberapa dokumentasi saat kami berkegiatan:

 

 

Saat pengamatan disekitaran danau, kami melihat satu jenis capung yang sangat menarik. Pseudagrion cephalus nama ilmiah capung ini, ia termasuk dalam kelompok capung jarum. Sebab, capung ini memiliki tubuh yang ramping menyerupai jarum dan biasa dijadikan sebagai penentu kualitas lingkungan perairan atau biasa disebut dengan bioindikator lingkungan perairan. Mengapa demikian? Karena ia harus meletakkan telur-telurnya di perairan yang bersih.

 

 

 

 

Ikuti terus perkembangan kegiatan kami.

Sampai bertemu dicerita Jakarta Survey in Pandemi selanjutnya!

Tentang Penulis
Annisa Ramadani
Universitas Nasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2021-07-06
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *