BURUNG SEBARAN TERBATAS

Satwa
BURUNG SEBARAN TERBATAS
3 Desember 2014
2347

Daerah Burung Endemik (DBE) Maluku bagian Utara meliputi Pulau-pulau Halmahera, Morotai dan Rau, Bacan, dan Obi, serta jajaran pulau-pulau gunung api kecil yang memanjang arch Utara-Selatan di sebelah Barat Halmahera, yaitu Ternate, Tidore, Mare, Moti, dan Kayoa, serta beberapa pulau kecil lainnya. Berdasarkan administrasi pemerintahan daerah ini terletak di Provinsi Maluku Utara.

• Habitat Burung Sebaran Terbatas:
o Accipiter henicogrammus Elang-alap halmahera
o Accipiter erythrauchen Elang-alap maluku
o Megapodius freycinet Gosong kelam
o Eulipoa wallacei Gosong maluku
o Habroptila wallacii Mandar gendang
o Scolopax rochussenii Berkik-gunung maluku
o Ptilinopus bernsteinii Walik dada-merah
o Ptilinopus monacha Walik topi-biru
o Ptilinopus hyogastrus Walik kepala-kelabu
o Ptilinopus granulifrons Walik benjol
o Ducula perspicillata Pergam mata-putih
o Ducula myristicivora Pergam rempah
o Ducula basilica Pergam boke
o Ducula rosacea Pergam katanjar
o Eos squamata Nuri kalung-ungu
o Lorius garrulus Kasturi ternate
o Cacatua alba Kakatua putih
o Loriculus amabilis Serindit maluku
o Cacomantis heinrichi Wiwik maluku
o Centropus goliath Bubut goliath
o Ninox squamipila Punggok maluku
o Aegotheles crinifrons Atoku maluku
o Todiramphus diops Cekakak biru-putih
o Todiramphus funebris Cekakak murung
o Eurystomus azureus Tiong-lampu ungu
o Pitta maxima Paok halmahera
o Coracina atriceps Kepudang-sungu maluku
o Coracina parvula Kepudang-sungu halmahera
o Coracina ceramensis Kepudang-sungu pucat
o Lalage aurea Kapasan halmahera
o Monarcha pileatus Kehicap tengkuk-putih
o Myiagra galeata Sikatan kelabu
o Pachycephala phaionota Kancilan pulau
o Pachycephala griseonota Kancilan tunawarna
o Dicaeum erythrothorax Cabai dada-api
o Zosterops atriceps Kacamata halmahera
o Lichmera argentauris Isap-madu zaitun
o Melitograis gilolensis Cikukua halmahera
o Philemon fuscicapillus Cikukua hitam
o Oriolus phaeochromus Kepudang halmahera
o Lycocorax pyrrhopterus Cendrawasih gagak
o Semioptera wallacii Bidadari halmahera
o Corvus validus Gagak halmahera

• Habitat: Lahan di semua pulau yang tercakup di dalam DBE ini bergunung-gunung, beberapa puncak gunung melampaui ketinggian 1.000 m dpl, dan puncak tertinggi dijumpai di Gunung Sibela (2.118 m) di Pulau Bacan. Vegetasi utama di Halmahera adalah berupa hutan hujan (selalu basal) yang dapat dibagi menjadi enam tipe hutan, yaitu: 1) hutan tinggi (tersusun dari pohon-pohon tinggi) yang tumbuh di tanah sedimen, yang dicirikan oleh spesies Memicylin spp. 2) hutan dataran rendah yang tumbuh di tanah vulkanik (hasil letusan gunung api) yang tajuknya didominasi oleh Jabon (Anthocephalus cadamba), 3) hutan rendah (tersusun dari pohon-pohon rendah) yang terutama tumbuh di atas tanah ultra-basa, yang dicirikan oleh Nyamplung (Calophylum soulatri) dan tajuknya didominasi oleh C. stratum, 4) hutan rawa, dan 5) hutan mangrove.
Hutan dataran rendah di Pulau Bacan mirip dengan hutan yang dijumpai di Pulau Halmahera. Pada ketinggian sekitar 1.000 m dpl. spesies-spesies pohon dari keluarga Myristicaceae umum dijumpai. Sedangkan hutan di Pulau Obi didominasi oleh spesies-spesies Shorea selanica dan S. montigena.
Burung-burung sebaran terbatas di DBE ini dijumpai di habitat hutan maupun habitat sekunder, mulai dari ketinggian tempat sejajar dengan permukaan laut hingga 2.000 m dpl. Sekitar 25 spesies di antaranya tampak hanya dijumpai di daerah dataran rendah dan tiga spesies lainnya hanya dijumpai di hutan pegunungan. Survai PHPA/BirdLife International-IP di usulan kawasan Aketajawe dan Lalobata di Halmahera menjumpai hamparan luas hutan dataran rendah di bawah 700 m dpl. dihuni oleh 22 spesies endemik Maluku bagian Utara. Pada ketinggian di atas 700 m dpl, kepadatan spesies-spesies burung tersebut tersebut menurun tajam. Kepadatan burung yang rendah juga djumpai di hutan di daerah-daerah berbatu kapur (Suherdie et al, 1995).
Mandar gendang, yang hampir tidak diketahui statusnya, telah ditemukan kembali oleh tim survai PHPA/BirdLife International-IP dan diketahui hanya hidup di hutan rawa sagu (Suherdie et al, 1995). Cabai dada-api (Dicaeum erythrothorax), Kacamata halmahera (Zosterops atriceps) dan isap-madu zaitun (Lichmera argentauris) sangat jarang, dan hanya dijumpai di hutan-hutan primer di Pulau Halmahera, namun tampak umum dijumpai di habitat-habitat sekunder dan lahan pertanian (M.K. Poulson in litt., 1995).

• Kawasan Konservasi: Hingga saat ini DBE Maluku bagian Utara belum memiliki satu pun kawasan konservasi, dan Halmahera adalah pulau terbesar di Indonesia yang belum memiliki kawasan konservasi. Usulan dua kawasan konservasi, Aketayawi dan Lalobata (FAO, 1982h) baru-baru ini telah direvisi menjadi satu kawasan konservasi seluas 355.000 ha yang mencakup perwakilan seluruh tipe hutan di Pulau Halmahera (dan kemungkinan seluruh DBE) (Suherdie et al., 1995).
Dalam mengupayakan jaringan kawasan konservasi mencakup sumberdaya keanekaragaman hayati Maluku Utara, beberapa kawasan konservasi tambahan diusulkan di Pulau Bacan dan Obi. Meskipun Pulau Bacan tidak memiliki spesies endemik, pulau ini menjadi tempat hidup 33 spesies burung sebaran-terbatas. Pulau Obi, yang dihuni oleh 20 spesies burung sebaran-terbatas, memiliki satu spesies endemik (Obi), yaitu Walik benjol (Ptilinopus granulifrons).
Usulan cagar alam Gunung Sibela (40.000 ha) yang terletak di bagian selatan Pulau Bacan mencakup puncak tertinggi di Maluku bagian utara, Gunung Sibela (2.118 m). Lereng gunung yang ditumbuhi hamparan hutan luas ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air yang penting bagi penduduk di lembah Labuhan (di bagian Barat Pulau Bacan). Usulan cagar alam di Pulau Obi (45.000 ha) mencakup puncak tertinggi di pulau ini dan hutan lindung di beberapa daerah yang terjal. Hutan dataran rendah (yang telah diusahakan/ditebang) layak pula di masukkan ke dalam kawasan yang diusulkan untuk mendapatkan perwakilan seluruh tipe hutan di Pulau Obi (FAO, 1982h).

• Situasi Saat Ini: Penduduk di Halmahera terutama tinggal di sepanjang daerah pesisir. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka menangkap ikan dan membuka kebun kelapa, kopi, cengkeh, dan jagung di sepanjang pesisir. Mereka jarang sekali memasuki hutan di pedalaman, kecuali untuk berburu babi dan menangkap Burung paruh bengkok. Daerah pedalaman pulau dihuni oleh belie' iapa suku pedalaman yang masih berpola hidup sebagai pemburu dan pengumpul (PHPA/BirdLife International-IP, 1995).
Saat ini di Pulau Halmahera terdapat 9 konsesi HPH seluas 0,9 juts ha (sekitar 50% dari luas keseluruhan lahan daratan Halmahera) yang sebagian di antaranya mencakup Pulau Bacan. Di Pulau Obi terdapat tiga konsesi HPH seluas 190.000 ha (Kantor Statistik Propinsi Maluku, 1993; APHI, 1995). Pengusahaan hutan terutama ditujukan pada pohon-pohon di hutan yang tumbuh di atas tanah sedimen yang juga menjadi tempat hidup sebagian besar spesies burung sebaran-terbatas (kepadatan tinggi).
Lokasi transmigrasi, lahan pertanian, dan jaringan jalan tengah dibangun di Dodaga dan Subaim yang terletak di daerah Wasile, di Oba (di daerah Weda), dan di Miaf. Daerah-daerah tersebut, yang dikembangkan dengan mengkonversi lahan hutan, berbatasan dengan usulan kawasan Aketajawe dan Lalobata.
Halmahera merupakan salah satu pulau utama dalam rangkaian pembangunan di Maluku Utara. Dalam proses ini, tidak dapat dihindari, sebagian habitat alami akan menyusut. Meskipun demikian, dengan luas lahan sekitar 18.000 km, akan tetap didapatkan luasan lahan hutan tak terganggu. Penetapan kawasan Aketajawe/Lalobata sepern telah diusulkan dalam Suberdie et al. (1995) akan menjamin seluruh habitat utama dari spesies-spesies burung sebaran-terbatas akan terlindungi.

Sumber : http://www.burung.org/index.php?option=com_k2&view=item&id=386:maluku-bagian-utara&Itemid=68

Tentang Penulis
Dewi Ayu Anindita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2015-07-01
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *