Berani Mencoba Keripik Beracun Ini?

Pertanian
Berani Mencoba Keripik Beracun Ini?
21 Desember 2015
2694

Judul diatas mungkin membingungkan. Bagaimana sesuatu yang beracun dapat menjadi sesuatu yang ternyata enak?

Berawal dari seorang ibu yang sudah renta bernama Ibu Purwanti. Pagi hari, sekitar pukul 8, dari tepi jalan terlihat ibu Purwanti sudah sibuk njembreng atau menghamparkan irisan-irisan tipis dari ubi di atas tanah di depan rumahnya yang berpasir. Rasa heran muncul dari benak kami. Lalu dengan rasa kepo akhirnya kami  menghampiri ibu keturuan Jawa itu dan bertanya "Bu, itu apa? Kok dijemurnya di tanah gak pake alas?" Tanya kami dengan heran sembari jongkok disamping sang ibu.

 

Siapa sangka ternyata irisan ubi yang terlihat kotor itu adalah calon keripik gadung. Ya,keripik. Bagi sebagian orang awam mungkin istilah keripik gadung agak sedikit asing di telinga, namun ternyata keripik unik ini memiliki rasa yang cukup enak. Bahan utamanya ya tidak lain adalah umbi Gadung.

Gadung atau Dioscorea hispida merupakan suku gadung-gadungan yang kurang populer di kalangan masyarakat. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, namun mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar pengolahannya. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi) sehingga di Malaysia dikenal pula sebagai ubi arak, selain taring pelandok.

Usut punya usut, ternyata gadung dan singkong adalah makanan pokok masyarakat Jakarta atau Batavia disebutnya pada tahun 1628. Gadung terkenal beracun dan mengandung alkaloid dioskorina (dioscorine) yang menyebabkan pusing-pusing. Namun, sebenarnya ada 2 macam jenis gadung, ada yang beracun dan ada yang tidak.

Keripik gadung sendiri adalah umbi gadung yang diiris tipis kemudian dijemur sampai kering dan selanjutnya digoreng. Sebelum dilakukan penggorengan pada tahap pembersihan racun ada beberapa perlakuan khusus terhadap gadung. Setelah diiris, untuk menghilangkan kadar racun dalam umbi gadung tersebut, dilumuri dengan abu kayu, itulah mengapa jemuran keripik gadung terlihat kotor. Lalu kemudian dijemur, setelah itu dicuci bersih dengan air mengalir dan selanjutnya dijemur sampai kering sebelum digoreng.

Jadi, ada yang berani mencoba umbi ‘beracun’ ini?

Tentang Penulis
Nadia Putri Rachma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2016-03-04
Difference:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *